Kisah Hidup Ki Ageng Suryomentaram Pangeran Kerajaan yang Ingin Jadi Rakyat Biasa

 



Kisah Hidup Ki Ageng Suryomentaram Pangeran Kerajaan yang Ingin Jadi Rakyat Biasa - Lahir pada 20 Mei 1892 dengan nama kecil Raden Mas Kudiarmadji, Ki Ageng Suryomentaram adalah anak ke-55 di keluarga keraton Yogyakarta, beliau adalah putra dari Sultan Hamengkubuwana ke-VII dengan istrinya, yaitu Raden Ayu Retnomandojo. 

Kisah hidup beliau cukup unik dan penuh misteri sebelum mencapai titik yang sangat berpengaruh bagi bangsa Indonesia, baik dalam ranah pendidikan dan perjuangan, maupun ilmu kebatinan yang dikenal dengan Kawruh Begja. Mari kita simak perlahan, kisah dan pelajaran yang dapat kita petik dari beliau. 


1. Pangeran Yang Ingin Menjadi Rakyat Biasa

Ki Ageng Suryomentaram memiliki kegelisahan hebat saat berada dalam lingkungan keraton, hal tersebut belum dapat dipastikan penyebab utamanya, namun beberapa anggapan mengatakan bahwa beliau ingin “Cari uwong”, atau jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia adalah “Cari orang/Cari manusia”, dan beliau tidak menemukan hal tersebut dalam lingkup kehidupan yang dijalaninya kala itu. Cukup sulit mencerna makna dari kata “Manusia” yang benar-benar dikonsepkan oleh beliau, namun jika melihat dari keinginan beliau untuk menjadi rakyat biasa, dapat dikatakan bahwa kemewahan tidak selamanya atau tidak dapat dipastikan membuat manusia benar-benar menjadi manusia seutuhnya. 

Ki Ageng Suryomentaram pernah mengemukakan keinginannya untuk melepas segala atribut kebangsawanan miliknya ke pada sang ayah, yaitu Sri Sultan Hamengkubuwana Ke-VII, namun hal tersebut ditolak dengan alasan bahwa gelar pangeran akan tetap menjadi pengeran, dan bukan merupakan sebuah hal yang dapat dengan mudah dilepaskan atau ditinggalkan. 


2. Melarikan Diri 

Setelah tidak diperbolehkan untuk melepas segala gelar dan atribut kebangsawanan miliknya, Ki Ageng Suryomentaram memilih untuk melarikan diri. Seiring berjalannya waktu, salah satu utusan keraton menemukan dirinya sedang berkumpul dan berkerja dengan rakyat biasa dengan menjadi kuli, kemudian utusan tersebut meminta dengan hormat agar beliau pulang untuk menemui Sultan. Namun setelah kembali, beliau tetap tidak betah berada dalam lingkungan keraton, ditambah kakek beliau yang memiliki jabatan sebagai patih telah dipecat, kemudian ibu beliau diceraikan oleh Sultan, dan yang terakhir adalah meninggalnya istri dari Ki Ageng Suryomentaram, hal tersebut menambah keresahan dan ketidak betahan beliau dilingkungan keraton. Barulah saat Sultan Hamengkubuwana ke-VII meninggal dan digantikan oleh kakak tirinya yaitu Sultan Hamengkubuwana ke-VIII, dirinya memohon pada kakaknya untuk memperbolehkan dirinya melepaskan segala atribut dan gelar kebangsawanan milikinya, setelah diperbolehkan, dimulailah pengembaraan sang pangeran yang memilih untuk menjadi rakyat tersebut. 

Catatan : Terdapat beberapa versi yang berbeda mengenai kisah melarikan dirinya Ki Ageng Suryomentaram.


3. Paguyuban Selasa Kliwon Serta Lahirnya PETA Dan Taman Siswa

Paguyuban Selasa Kliwon yang didirikan dan diketuai oleh Ki Gede Beringin (Nama Ki Ageng Suryomentaram sebelum diubah oleh Ki Hajar Dewantara) bersama dengan anggota lain yang salah satunya adalah Ki Hajar Dewantara tersebut memiliki peran penting dalam beberapa kejadian sejarah Indonesia. Salah satunya adalah pembentukan Taman Siswa, saat Ki Hajar Dewantara dikenal dengan ajarannya terhadap generasi muda, Ki Ageng Suryomentaram memiliki peran untuk mengajar generasi yang lebih tua, tentu dengan ajaran yang berbeda dengan pengaruhnya tersendiri. 

Saat Belanda telah angkat kaki dari Indonesia dan kemudian Jepang mulai masuk, Paguyuban Selasa Kliwon lah yang berperang penting dengan menyurati para petinggi jepang untuk meminta agar Indonesia memiliki kekuatan militer sendiri, yang kemudian melahirkan PETA (Pembela Tanah Air) yang sangat berpengaruh bagi jalanya kemerdekaan bangsa Indonesia, salah satu mantan anggota PETA yang terkenal adalah Jenderal Sudirman dan Presiden ke-2 Indonesia Jenderal Soeharto. 


4. Filsafat Jawa Kawruh Begja Dan Kawruh Jiwa

Kawruh Begja yang dapat diartikan sebagai “Ilmu kebahagiaan”, memberi sumbangan cukup besar pada perkembangan ilmu filsafat dan kebatinan tanah jawa dengan konsep-konsepnya mengenai manusia. Dalam Kawruh Begja manusia diajarkan untuk mengerti dan melihat ke dalam dirinya sendiri mengenai potensi-potensi yang dapat lahir dalam kehidupan. 

Kawruh Begja juga mengajak kita sebagai manusia untuk dapat mengerti terlebih dahulu tentang patokan sebuah hal yang membuat kita dapat merasakan bahagia, karena saat kita sebagai manusia tidak mengerti patokan atau batasan yang dapat membuat kita menjadi bahagia, kita akan terombang-ambing pada sebuah pencarian akan kebahagiaan yang tak berujung. Saat kita mengetahui konsep atau patokan yang dapat membuat diri kita bahagia, kita sebagai manusia akan lebih mudah mengontrol hasrat yang menjadi bagian alami bagi kita, karena jika seseorang mencari sebuah kebahagiaan dengan dikendalikan oleh hasratnya, akan sulit baginya untuk menemukan kebahagiaan yang sejatinya dapat ditemukan dalam bamyak bentuk dan konsep tersendiri. 

Masih memiliki konsep yang sama dengan Kawruh Begja, Kawruh Jiwa yang diajarkan oleh Ki Ageng Suryomentaram mengajarkan sebuah pengertian agar kita sebagai manusia mampu untuk memahami diri kita, hal tersebut bertujuan agar kita lebih dapat memahami perasaan orang lain jika kita berada diposisinya. Kawruh Jiwa juga mengajarkan agar manusia memahami potensi-potensi dari jiwannya, hal tersebut juga bertujuan agar kita memahami karakteristik dari kehidupan sebuah jiwa yang tak lepas dari suka dan duka. Saat kita mengerti atau memahami hal tersebut, kita sebagai manusia tidak akan terlalu terhanyut oleh emosi yang mendalam saat merasakan sebuah kesedihan atau kebahagiaan, karena kita telah mengetahui bahwa karakter dari kehidupan yang selalu dapat berubah seiring berjalannya waktu. 

Catatan penulis : Ki Ageng Suryomentaram adalah tokoh besar yang mungkin masih jarang diketahui oleh banyak orang, dan melihat dari jasa-jasa beliau yang baik dilakukan secara langsung maupun tidak langsung demi bangsa Indonesia, mungkin sudah seharusnya beliau mendapat gelar pahlawan nasional. 

Sumber : 

https//id,Wikipedia,org/wiki/Ki_Ageng_Suryomentaram 

https//tirto,id/ki-ageng-suryomentaram-anak-raja-yang-memilih-jadi-rakyat-jelata-cF81 

https//mojok,co/terminal/belajar-menjadi-manusia-merdeka-dari-ki-ageng-suryomentaram/  

https//komunitasbambu,id/ki-ageng-suryomentaram-pahlawan-yang-belum-dikenal/  

https//www,indonesiana,id/read/142945/kawruh-begja-cara-berdamai-dengan-diri-sendiri-oleh-kemala-atmojo