Mafia Bola Masih Berkeliaran, Mau Sampai Kapan?

 


Mafia Bola Masih Berkeliaran, Mau Sampai Kapan? - Sepak bola merupakan olahraga paling populer di dunia, tanpa terkecuali di Indonesia. Masyarakat kita dikenal akan kefanatikannya dalam mendukung sebuah klub kebanggaan serta Timnas Indonesia.

Pada masa modern ini, sepak bola tidak hanya sekadar olahraga hiburan, melainkan lebih jauh dari itu, bisnis. Sponsor, hak siar, penjualan jersey merupakan segelintir pemasukan yang didapat sebuah klub guna menjalankan roda bisnisnya.

Karena pasarnya yang sangat potensial,tak jarang segelintir oknum memanfaatkannya untuk memperkaya dirinya sendiri, dengan pengaturan skor pertandingan sebagai alatnya. Ada yang memanfaatkan pengaturan skor untuk sarana judi, ada juga yang memeras pemilik klub, jika mereka mau promosi ke kasta atas ataupun ingin terhindar dari nasib yang naas(degradasi).

Mafia bola dalam sepak bola negeri tercinta ini bukanlah sebuah hal yang baru, sudah terjadi dari era perserikatan hingga masa yang sekarang. Ada yang menyuap pengadil pertandingan, dan ada juga yang yang bekerja sama dengan pemain di lapangan.


Marah Halim Cup 1988 dan Mafia Wasit Tahun 1998

Jika Anda berpikir bahwa mafia bola berkeliaran hanya pada era liga Indonesia saja, maka itu sangat keliru--sudah mengakar sejak zaman dahulu. Pada tahun 1988, dihelat sebuah kejuaraan yang dinamai Halim Cup. 

Kala itu sepak bola Indonesia digemparkan dengan kasus suap pertandingan PSMS melawan Persebaya pada turnamen Marah Halim Cup 1988. 11 pemain PSMS mempertanggungjawabkan perbuatannya hingga ke meja hijau.

Para pemain PSMS Medan tersebut terbukti di persidangan menerima suap. Seluruh pemain tersebut didenda sebesar 15 juta serta menjalani hukuman percobaan

Pada tahun 1998, sepak bola Indonesia diguncang oleh "badai" yang sangat besar. Dua klub eks Galatama, Bandung Raya dan Assyabaab Surabaya mengundurkan diri dari kompetisi dan PT Cipta Citra yang menaungi rokok Dunhill dan Kansas mengundurkan diri sebagai sponsor resmi.

Kala itu, stabilitas politik dan keamanan di Tanah Air mencekam, membuat liga Indonesia terpaksa dihentikan. Ditambah lagi  dengan pengakuan manajer Persikab Kab. Bandung, Endang Sobarna, yang memberikan pernyataan bahwa terdapat adanya permainan kotor yang melibatkan wasit Liga Indonesia.

Dengan gerak cepat, ketua umum PSSI saat itu--Azwar Anas--membentuk tim pencari fakta guna mengusut kasus dari mafia wasit ini. Induk sepak bola tertinggi di Indonesia itu kemudian memecat Wakil Ketua Komisi Wasit, Ja'far Umar, disertai dengan sanksi larangan berkecimpung di sepak bola seumur hidup. Hal ini merupakan tindak lanjut dari terbuktinya Ja'far dalam melakukan pengaturan skor dengan melibatkan pengadilan lapangan.

Adapun wasit yang terlibat dalam pengaturan skor tersebut sebanyak 40 orang--jumlah yang tidak sedikit--juga dilarangan memimpin pertandingan. Nama-nama seperti Khairul Agil, R. Pracoyo, Halik Jiro masuk ke dalamnya.


Dugaan Pengaturan Skor Piala AFF 2010

Piala AFF 2010 merupakan sebuah momen yang tidak terlupakan bagi pencinta sepak bola seluruh Indonesia. Momen yang sangat mengecewakan, harus takluk dari Malaysia dengan agregat 2-4 dan gagal mengangkap piala.

Hal ini tentu menjadi sebuah tanda tanya besar, sebelum laga final leg dua tersebut berlangsung, timnas kita sangatlah superior. Melenggang mulus dari babak penyisihan grup hingga semifinal. Pada final leg pertama kita digasak oleh Harimau Malaya dengan skor 3-0, sedangkan ketika bermain di GBK, Timnas Indonesia hanya mampu menang 2-1.

Kekalahan ini diperparah dengan isu pengaturan skor sebagai akibat dari munculnya surat kaleng di media sosial. Dalam surat tersebutencatut dua nama petinggi PSSI yang menjual pertandingan leg pertama pada final Piala AFF 2010.

Disebutkan juga bahwa terdapat kejanggalan dalam kekalahan 3-0 Timnas Indonesia. Kekalahan tersebut sudah ditentukan sebelum laga dimulai karena telah disuap oleh bandar judi Malaysia dengan oknum petinggi PSSI

Dari pengaturan skor tersebut, baik sang bandar ataupun petinggi PSSI meraup untung miliaran rupiah. Kedua petinggi PSSI tersebut, masuk ke ruang ganti pemain dan menginstruksikan untuk mengalah. Gangguan sinar laser oleh suporter Malaysia merupakan bagian dari menutupi skenario yang sudah disepakati sejak awal.



Mafia Bola Liga 2 Indonesia 2018

Pada tahun 2018, sebuah skandal dugaan mafia bola di Liga Indonesia kembali terjadi. Semua itu berawal dari gagalnya penalti dari pemain PSMP Mojokerto, Krisna Adi kala melawan Aceh United pada kompetisi liga 2.

Terlihat bahwa penalti tersebut seakan disengaja untuk tidak dimasukkan ke gawang. Sontak, hal ini membuat pecinta sepak bola Indonesia gempar, dan menduga telah terjadi match fixing.  PSMP Mojokerto diperintahkan untuk kalah oleh sang manajer setelah mengetahui skor akhir pertandingan antara Kalteng Putra melawan Persiba Balikpapan.

Hal ini mendapat perhatian dari media, salah satunya adalah acara "Mata Najwa", maka dibahaslah dugaan kasus tersebut. Didengar oleh kapolri saat itu, Tito Karnavian, maka beliau memerintahkan jajarannya untuk membuat satgas anti mafia guna mengusut dugaan match fixing ini.

Dalam menjalankan tugasnya, satgas anti mafia bola berhasil meringkus beberapa stakeholder sepak bola, seperti Djoko Driyono yang saat itu menjabat sebagai PLT Ketua Umum PSSI, Johar Lin Eng (Ketua Asprov Jateng), Priyanto (Komite Wasit Asprov Jateng), Anik Yuni Kartika (pengumpul uang match fixing), Dwi Irianto (Komdis PSSI), serta Wasit Nurul Safarid.


Sandal Perserang Liga 2 Indonesia 2021

Baru-baru ini, jagad dunia sepak bola kembali digemparkan atas dugaan match fixing yang dilakukan oleh beberapa pemain Perserang Serang. Pemain-pemain tersebut adalah Ivan Julyandhy, Fandy Edy, Eka Dwi, Ade Ivan, dan Aray Suhendri.

Kelima pemain tersebut diperintahkan untuk mengalah dalam pertandingan melawan RANS Cilegon FC, Persekat & Badak Lampung FC. Berdasarkan dugaan tersebut, Komite Disiplin memberikan sanksi berupa larangan bermain serta denda.

“Sesuai dengan pasal 64 Komdis PSSI, Eka (Dwi Susanto) diberi hukuman larangan beraktivitas di segala macam sepak bola, denda, dan tidak boleh memasuki stadion. Eka juga tidak bisa bermain selama 60 bulan/5 tahun, dan denda Rp30 juta,” ucap Erwin, Ketua Komdis PSSI.

“Kepada Fandy, kami jatuhi hukuman 48 bulan/4 tahun tidak boleh bermain dalam sepak bola, denda Rp20 juta dan larangan memasuki stadion selama 48 bulan/4 tahun.  Saudara Ade Ivan Hafilah hukumannya lantaran mengajak yang lain, ia kita hukum 36 bulan/3 tahun tidak boleh beraktivitas dalam sepak bola, denda Rp15 juta dan 3 tahun tidak boleh masuk stadion,” imbuhnya.

“Ivan Juliandhy ia pasif dan hanya mendengar serta tidak ada mengajak yang lain. Ivan kami putuskan selama 24 bulan/2 tahun tidak bisa memasuki stadion dan tidak bisa bermain bola, denda Rp10 juta,” tuturnya.

"Aray Suhendri dijatuhkan hukuman 24 bulan/2 tahun lantaran ia pasif. Larangan beraktivitas sebagai pemain, denda Rp10 juta dan tidak bisa memasuki stadion selama 2 tahun,” pungkasnya.

Dari beberapa kasus tersebut, perlu adanya penindakan yang tegas dari federasi tentang match fixing ini. Perlu adanya kerjasama antara PSSI dengan pihak kepolisian. Tidak hanya meringkus pemain ataupun wasit juga, melainkan harus sampai ke akar-akarnya, orang yang yang mengendalikan pengaturan skor beserta bandar judi yang dicurigai ikut andil dalam hal ini.

Semoga persepakbolaan Indonesia lekas membaik dan berprestasi, tidak ada lagi isu-isu sepak bola gajah, pengaturan skor, mafia wasit hingga keterlibatan banda judi. Lekas membaik sepak bola Indonesiaku!!

Fauzan, Hardanang Ahmad. 2018. "PS Mojokerto Putra Merasa Jadi Tumbal dalam Kasus Pengaturan Skor". Diakses dari tirto,id/ps-mojokerto-putra-merasa-jadi-tumbal-dalam-kasus-pengaturan-skor-dcFM. Pada 6 November 2021.

Hidayat, Rizki & Ario Yosia. 2020. "6 Skandal yang Mencoreng Sepak Bola Indonesia". Diakses dari www,liputan6,com/bola/read/4233053/6-skandal-yang-mencoreng-sepak-bola-indonesia. Pada 6 November 2021.

N.N. 2019. "Kaleidoskop 2019: Kasus Mafia Bola Bikin Mendung Sepak Bola Kita". Diakses dari www,http://jawapos.com/.../kaleidoskop-2019-kasus-mafia-bola.../. Pada 6 November 2021.

N.N. 2018. "Deretan Kasus Pengaturan Skor yang Terungkap di Indonesia". Diakses dari www,jawapos,com/sepak-bola/sepak-bola-indonesia/22/12/2018/deretan-kasus-pengaturan-skor-yang-terungkap-di-indonesia/. Pada 6 November 2021.

Yosia, Ario. 2019. "Selain Kasus Joko Driyono, Berikut Ini 5 Skandal yang Menghebohkan Sepak Bola Indonesia". Diakses dari www,bola,com/indonesia/read/3896382/selain-kasus-joko-driyono-berikut-ini-5-skandal-yang-menghebohkan-sepak-bola-indonesia. Pada 6 November 2021.

Yosia, Ario. 2020. "Menggugat Skandal Mafia Wasit di Liga Indonesia 1998: Siapa Dalang Sesungguhnya?". Diakses dari m,bola,com/amp/4253607 /menggugat-skandal-mafia-wasit-di-liga-indonesia-1998-siapa-dalang-sesungguhnya. Pada   6 November 2021.