Republik Demokratik Kongo & Republik Indonesia, Saling Berjauhan Namun Ternyata Senasib




Republik Demokratik Kongo & Republik Indonesia, Saling Berjauhan Namun Ternyata Senasib -Jujur aja, kalo saya lihat seputar sejarah Republik Demokratik Kongo, itu sekilas mirip dengan keadaan Republik Indonesia kita ini saat awal-awal penyerahan kedaulatan Belanda:

1. Saat Belgia setuju melepaskan koloninya di Afrika, banyak orang keturunan Belgia yang ada di sana tidak menyukai keputusan tersebut, terutama anggota Force Publique (tentara kolonial Belgian Congo), hal ini diperparah dengan terjadinya pemberontak tentara kulit hitam terhadap komandan kulit putih mereka. Merasa terpojok, banyak tentara kulit putih Force Publique pada akhirnya mendukung separatisme di wilayah Katanga yang kaya bahan tambang. Di Indonesia sendiri setelah Konferensi Meja Bundar, Banyak ex-KNIL yang "galau" dengan nasib mereka kedepannya. Akhirnya banyak dari mereka bergabung dengan gerakan separatisme di Republik Maluku Selatan, bahkan salah satu bekas komandan pasukan khusus KNIL bernama Raymond Westerling, membuat plot kudeta untuk menyingkirkan Soekarno dan beberapa tokoh penting.

2. Republik Demokratik Kongo berhasil meraih kemerdekaan dari Belgia berkat seorang tokoh kharismatik yang tidak berasal dari golongan militer bernama Patrice Lumumba, sama seperti Soekarno di Indonesia. Selain itu baik Lumumba maupun Soekarno, mereka sama-sama memiliki pemikiran yang dekat dengan paham sosialisme dan kedekatan pada blok timur. Lumumba sendiri pada akhirnya disingkirkan oleh pihak militer dalam sebuah kudeta, ia dikirim ke wilayah Katanga dan sempat mendapatkan siksaan brutal dari tentara Katanga & Belgia sebelum akhirnya dieksekusi mati dan jasadnya dilarutkan dengan bahan kimia. Setelah kematian Patrice Lumumba, muncul tokoh kuat dari pihak militer bernama Mobutu Sese Seko. Ia yang akhirnya memerintah puluhan tahun di Kongo dengan sederet pelanggaran HAM hingga kasus korupsi. Hampir sama dengan nasib Lumuba, Soekarno juga di "disingkirkan" oleh kaum militer setelah peristiwa G 30 S. Ia dijadikan tawanan politik hingga wafat, bahkan berusaha dihapuskan dari catatan sejarah. Setelah itu muncul sosok perwira tinggi yang memimpin Indonesia selama puluhan tahun dengan sederet pelanggaran HAM hingga kasus korupsi~

3. Baik Republik Demokratik Kongo maupun Indonesia, sama-sama kaya akan sumber daya alam. Mereka sama-sama aset berharga bagi negara Belgia & Belanda, serta pada akhirnya terlalu sibuk dengan sederet krisis politik dan peristiwa kelam, hingga gagal memanfaatkan kekayaan SDA nya hingga pada akhir tahun 1990.