Apa pertanyaan yang tidak perlu dijawab? Bagaimana tepatnya kita menanyakan sesuatu? - Kita seringkali menanyakan pertanyaan yang dianggap orang lain sebagai hal yang trivial. Apa yang kita tanyakan (yang kita anggap pertanyaan yang bagus) dianggap orang lain sebagai pengetahuan dasar yang bahkan bisa di cari di mesin pencari paling umum. "Googling saja" sepertinya bukan frasa yang asing lagi terdengar di telinga kita.
Tentunya, "googling" sebagai ajang mencari jawaban adalah miskonsepsi. Google merupakan web dengan fungsi mesin pencari / search engine yang difungsikan untuk mencari web-web dengan informasi yang dibutuhkan dari kata kunci yang diberikan, bukan memberikan jawaban. Menyadari hal ini (bahwa google tidak menjawab) adalah salah satu premis yang akan dibawakan pada tulisan ini.
...
Kenapa manusia bertanya?
Bertanya adalah "second nature" untuk manusia. Pernahkan kalian perhatikan bahwa satu-satunya makhluk hidup yang cukup memiliki kapabilitas untuk mempertanyakan adalah manusia. Hewan / binatang yang diajari cara berkomunikasi (kecuali beberapa contoh spesifik dan unik) tidak memiliki kapabilitas bertanya. Bertanya mendefinisikan kita sebagai manusia.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3596240/
The value of asking questions - NCBI
Artikel pada website NCBI di atas memberikan beberapa pengetahuan dasar mengenai nilai-nilai dari menanyakan dari berbagai aspek. Kita bertanya karena alasan sosial, karena alasan evolusi, bagian dari altruisme, dan sebagainya. Saya akan memfokuskan kepada "nilai sosial" di sini.
...
Bagaimana bertanya bisa menguatkan ikatan sosial?
Jawabannya tidak lain adalah : "percakapan". Kegiatan menjelaskan, menjawab, memberi tahu, dan sebagainya adalah cara kita (manusia) sebagai makhluk sosial untuk memperkuat hubungan dengan orang lain. Seluruh kegiatan tanya jawab (bahkan yang sederhana sekalipun) menberikan kita sedikit banyak, nilai tentang kegiatan bersosial. Namely : verbal dan / atau tertulis.
Bertanya dan memberikan premis dalam pertanyaan menunjukan beberapa hal tersirat didalamnya.
1. Bertanya : Mengimplikasikan kepercayaan
Bertanya kepada seseorang dan bahkan beberapa orang dalam grup mengimplikasikan rasa kepercayaan. Tidak mengherankan. Dalam kehidupan sehari-hari maupun internet, kita seringkali bertanya hanya kepada orang yang kita anggap benar / percaya saja. Kepercayaan adalah kunci utama dalam "memilih" pada siapa kita bertanya. Jika orang yang tidak kita percaya memberikan jawaban, kita akan "less likely" untuk menganggap jawaban yang beliau / mereka berikan benar.
http://www.cs.cmu.edu/~srosenth/papers/SS01-Rosenthal09.pdf
Asking Questions and Developing Trust - Carnegie Mellon ...
Bahkan, sumber paper dari universitas Carnegie Mellon menjelaskan bahwa, bertanya bukan hanya mensugestikan kepercayaan, namun juga cara kita untuk mengembangkan kepercayaan. Memberikan penjelasan dan jawaban dari pertanyaan secara tepat bisa menambah kepercayaan dari penanya kepada kita. Dalam kasus ini, menjawab pertanyaan adalah cara yang sangat bagus untuk membentuk kepercayaan lebih lanjut.
2.Bertanya = interaksi paling dasar
Apa yang pertama kali anak manusia lakukan ketika dia mulai bisa berbicara dan tahu cara berbicara dengan benar? Tepat sekali. Bertanya.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4635443/
The psychology and neuroscience of curiosity - NCBI
Memberikan pertanyaan kepada orang tua dan figur-figur keluarga lainnya adalah hal yang alami untuk dilakukan oleh manusia. After all, rasa penasaran adalah cara yang paling mudah untuk kita mendapatkan jawaban / penjelasan dari apa yang kita tidak paham. Manusia (dan anda) mungkin kesal dan bahkan benci untuk belajar, tapi setiap orang akan senang dengan penjelasan. Terutama jika penjelasannya menjelaskan apa yang selama ini mereka tidak tahu dan "ingin" tahu. Penasaran.
Rasa penasaran pada manusia inilah yang membuat kita seringkali bertanya kepada orang-orang dan tidak bisa dipungkiri setiap orang suka bertanya.
3. Beberapa nilai minor lainnya
Beberapa diantaranya (namun tidak terbatas pada) believe system, survivabilitas, ketakutan atas ketidaktahuan, dan sebagainya.
...
Apakah bertanya merupakan hal yang salah?
Tentu tidak. Seluruh tulisan saya di atas cukup membuktikan bahwa bertanya merupakan cara kita untuk hidup, sebuah second nature. Lalu kenapa masih banyak orang yang menjawab pertanyaan dengan "googling saja" dan sebagainya?
Ini akan merujuk ke pembahasan kita selanjutnya yaitu, trivialitas.
...
1+1=2, tapi bagaimana kita tahu?
Pertanyaan di atas adalah contoh dari pertanyaan trivial. Dalam bahasa indonesia, trivial bisa diartikan sebagai : "kesepelean" atau sepele. Pertanyaan yang jawabannya sudah jelas dan tidak perlu dipertanyakan. Tapi bagaimana tepatnya kita mendefinisikan "tidak perlu" dipertanyakan? Sampai di batas mana kita tidak perlu mempertanyakan sesuatu? Mana yang trivial?
Range dari "pertanyaan mana yang sepele" bisa kita balik menjadi "mana pertanyaan yang tidak sepele". Atau, lebih mudahnya, kita bisa mendefinisikan "pertanyaan mana yang pantas dijawab".
Range dari non-trivialitas ini (pada pertanyaan non logis / non matematis) bisa jadi berbeda pada setiap orang, baik penanya maupun yang ditanya. Biar saya jelaskan.
...
"Siapa presiden indonesia yang pertama?"
Apakah pertanyaan di atas merupakan pertanyaan trivial? Mungkin anda pikir begitu. Siapa yang tidak tahu presiden indonesia. Pertanyaannya tidak perlu ditanyakan. Tapi bagaimana jika anda menanyakan ini ke anak kelas 2 SD, atau warga negara asing, atau orang yang sebelumnya sama sekali tidak tahu konsep mengenai presiden? Tentunya tidak lagi jadi trivial.
Hal ini menunjukan bahwa, jika kita pikirkan, tidak ada pertanyaan yang trivial dan semua pertanyaan adalah trivial secara bersamaan. Tergantung siapa yang bertanya dan siapa yang ditanya. Masalahnya, kita tidak bisa tahu seberapa tahu dan kapabilitas pengetahuan setiap orang. Orang yang menanyakan pertanyaan yang menurut anda jawabannya trivial belum tentu tahu pengetahuan yang anda ketahui untuk paham trivialitasnya.
...
Apa yang bisa kita pelajari?
Richard Feynman mengungkapkan dalam metode belajarnya, "teknik belajar Feynman" bahwa salah satu cara terbaik untuk belajar adalah untuk menjelaskan. Kedengarannya aneh, bagaimana bisa kita belajar dengan cara menjelaskan padahal untuk bisa menjelaskan kita harus belajar dan paham dulu.
Malah premis di atas adalah "precisely" kenapa kita harus belajar dengan menjelaskan. Ketika kita belajar sesuatu, kita hanya menjawab pertanyaan-pertanyaan dan ketidakpahaman kita, tanpa mengetahui apa yang kita tidak paham.
Untuk tahu sesuatu, kita harus tahu dulu apa yang kita tidak tahu. Kalau kita sudah tahu "aku tidak tahu mengenai ini" baru kita bisa belajar itu. Bagaimana kalau kita tidak tahu apa yang tidak kita ketahui?
Untuk "tahu apa yang kita tidak tahu", kita perlu orang lain. Caranya? Dengan menjawab pertanyaan mereka.
For instance :
Anda sedang belajar mengenai alat pencernaan manusia. Anda sudah paham mengenai seluruh pencernaan manusia (menurut anda). Kemudian anda menjelaskan mengenai pencernaan sejauh yang anda tahu ke teman anda. Kemudian teman anda bertanya "sebenarnya pencernaan itu terjadi saat kita makan atau setelah makan?". Anda tidak tahu bagaimana menjawabnya karena ternyata anda tidak belajar mengenai proses pencernaan pada hal "waktu" pencernaan.
Jika anda hanya mengetahui apa yang anda tahu saja, dan merasa bahwa "yaudah aku sudah paham ini", ternyata, bisa saja anda tidak tahu hal yang sebrnarnya anda harus tahu. Saya lebih suka menyebutnya sebagai "tidak sadar". Anda tidak sadar kalau anda tidak tahu.
Dan itulah cara belajar dengan menjelaskan. Semakin anda ditanya, semakin anda tahu apa yang tidak anda tahu sebelumnya. Semakin anda paham mengenai gap dan lubang pengetahuan anda. In a sense, kita tidak belajar hanya dengan bertanya, tapi menjawab pertanyaan juga bisa membuat kita belajar dan makin tahu tentang apa yang kita tidak tahu, dan seberapa tahu kita.
...
Pesan saya adalah : tidak ada pertanyaan yang cukup bodoh untuk tidak dijawab. Fakta bahwa anda memilih untuk tidak menjawab mungkin bisa menjelaskan seberapa tidak tahunya anda. Jawablah semua pertanyaan yang anda bisa jawab, dan jangan lupa mempertanggungjawabkan informasi yang anda berikan. Teruslah bertanya, teruslah menjawab, teruslah berpikir, dan teruslah belajar.
And as always,
Terimakasih telah membaca.