Krisis Iklim, Siapa yang Harus Disalahkan? - Jika kita mendengar kata krisis iklim, pasti di benak kita tentang climate change, global warming, atau la nina dan el nino atau mungkin emisi gas rumah kaca (ERK). Lalu siapa yang harus disalahkan akibat krisis iklim ini? Negara mana yang seharusnya bertanggungjawab? Di bidang apa emisi itu harus dikurangi? Atau korporasi mana yang harus disalahkan dalam hal ini?
Negara mana sih, yang sangat besar sumbangsihnya terhadap emisi CO2?
Oke, sebelum kita membahas pihak yang bersalah dalam krisis iklim, saya akan menunjukan data dari OurWorldInData,org. Negara yang menyumbang paling banyak mengeluarkan emisi adalah China dengan jumlah emisi lebih dari 10 triliun CO2 yang dikeluarkan dari fosil sebagai bahan energi dan semen pada tahun 2019 saja. Di peringkat kedua ada USA dan di peringkat 3 ada India. Sementara itu, Indonesia bertengger pada posisi 7. Bukan perolehan yang baik tentunya.
Sedangkan pada perolehan kumulatif emisi CO2, USA menduduki posisi pertama dengan tingkat emisi yang melebihi 350 triliun ton CO2, lalu disusul oleh China dan Rusia. Indonesia dalam hal ini peringkat berapakah Indonesia? Tenang, berdasarkan kumulatif emisi CO2 Indonesia tidak masuk pada peringkat 10 besar. Tetapi tetap saja itu tidak menjadikan dalih bahwa Indonesia itu bukan penyumbang emisi CO2.
Sementara itu, pada masyarakat yang paling sering mengeluarkan emisi CO2 per tahun 2017 adalah Uni Emirat Arab dan disusul oleh Australia dan USA. Lagi-lagi Indonesia jauh dibawah 10 besar yang mengeluarkan emisi CO2.
Sektor industri apa sih yang memiliki dampak buruk emisi CO2?
Tapi belum cukup sampai di sana. Ada beberapa sektor industri yang berperan serta dalam meningkatkan emisi CO2. Yang pertama dan paling tinggi ada pada sektor batu bara, mengapa demikian? Karena mulai dari cara mendapatkan hingga pengelolaannya sangat tidak ramah lingkungan dan itulah yang menjadi penyebab mengapa batu bara turut berperan penting dalam meningkatnya emisi gas rumah kaca. Sementara itu di posisi kedua ada sektor industri Minyak. Jika di Indonesia ini tidak terlalu menyumbang besar, tetapi pada kenyataanya di seluruh dunia sektor industri yang turut meningkatkan emisi CO2 ini sangat berperan besar dalam hal menyumbang emisi. Lalu disusul oleh industri gas, semen, kemudian sektor energi, dan lain-lain.
Di Indonesia sendiri, sumber emisi CO2 pada tahun 2017 didominasi oleh sektor energi dan FOLU atau alih guna lahan untuk pertanian monokultur.
Korporasi mana yang seharusnya yang bertanggungjawab dalam krisis iklim ini?
Menurut data dari climateaccountability,org. 50 entitas korporasi global yang notabenya besar menyebabkan 50% emisi global, dan 100 entitas korporasi mampu menyebabkan 70% emisi global. Sementara itu di Indonesia sendiri, Pertamina menjadi korporasi paling tidak ramah lingkungan disusul oleh Bumi Resources, dan Adaro Energy.
Lantas siapa yang akan bertanggungjawab atas semua ini?
Umat manusia yang bertanggungjawab penuh atas krisis iklim yang terjadi. Yang menyebabkan emisi itu sendiri dan menyebabkan global warming lalu sampai krisis iklim.
Menurut kalian, siapakah yang patut disalahkan oleh adanya krisis iklim ini? Apakah negara? Sektor industri? Ataukah korporasi? Atau mungkin kita sendiri? Mari berdiskusi bersama-sama.
Referensi:
1) N. N. (2015). “Perubahan Iklim Bumi, Siapa yang Patut Disalahkan?”. Diakses dari: https;// nationalgeographic,grid,id/read/ 13298406/ perubahan-iklim-bumi-siapa-yang-patut-disalahkan?page=all. Diakses pada 18 Juni 2021.
2) Ritchie, Hannah, & Max Roser. (2020). “CO₂ and Greenhouse Gas Emissions”. Diakses dari: https;// ourworldindata,org/ co2-and-other-greenhouse-gas-emissions# . Diakses pada 18 Juni 2021.
3) Ritchie, Hannah, & Max Roser. (2020). “CO2 emissions by fuel”. Diakses dari: https;// ourworldindata,org/emissions-by-fuel. Diakses pada 18 Juni 2021.
4) N. N. (2020). “Carbon Major”. Diakses dari: https;// climateaccountability, org/carbonmajors,html. Diakses pada 18 Juni 2021.