Sindrom Asperger, Gangguan Perkembangan yang Dimiliki oleh Lionel Messi

 


Sindrom Asperger, Gangguan Perkembangan yang Dimiliki oleh Lionel Messi - Siapa yang tidak tahu Lionel Messi? Pesepakbola asal Argentina yang kaya akan segudang prestasi, baik secara individu ataupun tim. Total dia sudah mengemas 6 Ballon d'Or serta memberi banyak gelar bagi Barcelona, yang terbaru ia mampu mengantarkan Argentina menjuarai Copa America.

Di balik semua kesuksesannya itu, menyimpan masa kecil yang pilu, Messi didiagnosa memiliki kelainan pertumbuhan serta juga mengidap sindrom Asperger. Lalu, apa itu sindrom Asperger? Mari cari tahu dengan menyimak ulasannya di bawah ini:


Pengertian Sindrom Asperger

Sindrom Asperger ialah salah satu dari sekumpulan gangguan neurologis yang dikenal sebagai gangguan spektrum autisme. Asperger dianggap berada pada gangguan spektrum yang ringan. Orang dengan sindrom Asperger menunjukkan gejala utama, yaitu:

• Mengalami kesulitan dalam melakukan interaksi sosial;

• Memiliki pendirian yang teguh terhadap apa yang mereka pikirkan; dan

• Fokus pada aturan dan rutinitas.

Seseorang yang didiagnosa mengidap sindrom Asperger biasanya memiliki kecerdasan normal atau di atas normal. Selain itu, orang dengan kondisi ini seringkali dapat di didik di kelas umum yang sangat berbeda dengan anak autis pada umumnya.


Gejala Sindrom Asperger

Gejala yang timbul pada pengidap gangguan perkembangan ini bervariasi, namun ada beberapa gejala yang sering terjadi pada mayoritas pengidap sindrom Asperger, yaitu:

1. Para pengidap sindrom Asperger cenderung memiliki fokus obsesif pada topik yang sempit. Contohnya, semisal Anda memiliki teman yang mengidap sindrom Asperger dan memiliki ketertarikan berlebih terhadap sepakbola, maka topik percakapan sehari-harinya adalah sepakbola tanpa memikirkan perasaanmu walaupun kamu kurang paham dengan topik pembahasan yang ia bicarakan. Ini menjadi salah satu alasangan mengapa pengidal sindrom Asperger susah berinteraksi.

2. Orang-orang dengan sindrom Asperger cenderung tidak peka dengan ekspresi wajah dan bahasa tubuh lawan bicaranya. Banyak orang yang mengidap gangguan ini sulit untuk mengenali perasaan orang lain. Pada umumnya orang dengan kondisi ini menghindari kontak mata saat berbicara dengan orang lain.

3. Orang-orang pengidap gangguan perkembangan ini memiliki nada bicara yang monoton serta menunjukkan sedikit ekspresi wajah. Mereka mungkin juga mengalami kesulitan mengetahui kapan harus menurunkan volume suara mereka pada waktu tertentu.

4. Anak-anak sindrom Asperger juga mengalami kesulitan dalam perkembangan motorik seperti berlari ataupun berjalan.


Penyebab Sindrom Asperger

Perubahan pada otak sangat berperan besar atas banyak gejala sindrom Asperger. Namun, hingga kini para dokter belum bisa menentukan secara pasti apa penyebab dari perubahan tersebut.

Faktor genetik serta paparan racun lingkungan, seperti bahan kimia atau virus, telah diidentifikasi sebagai penyebab yang potensial untuk perkembangan gangguan tersebut. Anak laki-laki lebih banyak mengidap gangguan ini dibandingkan dengan anak perempuan.


Diagnosis Sindrom Asperger

Tidak ada tes tunggal yang dapat mendiagnosa seseorang mengidap sindrom Asperger. Biasanya para dokter memeriksa hal berikut ini:

• Perkembangan bahasa;

• Interaksi Sosial;

• Ekspresi wajah saat berbicara;

• Minat berinteraksi dengan orang lain;

• Sikap terhadap perubahan; dan

• Koordinasi motorik dan keterampilan motorik.


Pengobatan Sindrom Asperger

Tidak ada obat untuk sindrom Asperger, Namun ada berbagai perawatan yang dapat mengurangi gejala gangguan dan membantu anak Anda mencapai potensi penuhnya. Pengobatan sering didasarkan pada gejala spesifik anak.

Obat-obatan yang sering digunakan untuk mengobati gejala sindrom Asperger, meliputi:

• Risperidone (Risperdal Consta) berfungsi untuk mengurangi agitasi dan insomnia;

• Guanfacine (Tenex), olanzapine (Zyprexa), dan naltrexone (ReVia) berfungsi untuk mengurangi hiperaktif;

• Aripiprazole ( Abilify ) berfungsi untuk mengurangi iritabilitas; dan

• Inhibitor reuptake serotonin selektif (SSRI) berfungsi untuk mengurangi perilaku berulang.

Obat dapat membantu untuk mengendalikan perilaku bermasalah yang mungkin terjadi karena sindrom Asperger. Namun, ada perawatan lain yang dapat meningkatkan keterampilan komunikasi, regulasi emosi, dan interaksi sosial. Banyak anak dengan sindrom Asperger juga menerima:

• Pelatihan keterampilan sosial;

• Terapi wicara dan bahasa;

• Pekerjaan yang berhubungan dengan terapi;

• Terapi fisik; dan

• Terapi perilaku kognitif.


Dari Lionel Messi, Isaac Newton hingga Albert Einstein

Orang pertama yang menyatakan bahwa Lionel Messi mengidap gangguan pertumbuhan sindrom Asperger ialah Romario, pesepakbola asal Brazil yang juga memiliki kualifikasi di bidang psikoanalisis. Melalui akun twitternya, ia berujar

"Ini (Sindrom Asperger) merupakan bentuk ringan dari autisme yang memungkinkan penderitanya untuk fokus dan berkonsentrasi lebih baik daripada yang lain," ujar Romario lewat akun twitternya seperti dilansir dari Marca, Senin (9/9/13).

Namun, hal ini belum dapat diketahui secara pasti karena, baik dari pihak Barcelona ataupun dari La Pulga tidak pernah mengonfirmasinya. Akan tetapi, gejala seorang pengidap sindrom Asperger ada pada sosok pria kelahiran Rosario, Argentina ini.

Messi sangat sulit ketika berinteraksi dengan lingkungan yang baru, contoh nyatanya ketika ia membela timnas Argentina. Hal ini berbanding terbalik ketika ia bermain untuk Blaugrana, yang notabenenya semua pemain tersebut adalah teman-teman masa kecilnya ketika waktu di La Masia--Xavi, Iniesta, Pique, Puyol, Valdes dan masih banyak lagi lainnya.

Sindrom Asperger tidak hanya menimpa Messi saja, menurut pakar autisme Simon Baron-Cohen, Isaac Newton dan Albert Einstein juga menunjukkan banyak tanda sindrom Asperger. Meskipun dia mengakui bahwa tidak mungkin membuat diagnosis pasti untuk seseorang yang tidak lagi hidup.

Baron-Cohen, yang berbasis di Universitas Cambridge, dan seorang matematikawan Ioan James dari Universitas Oxford menilai ciri-ciri kepribadian Newton dan Einstein menunjukkan tiga gejala utama sindrom Asperger: minat obsesif, kesulitan dalam hubungan sosial, dan masalah komunikasi.

Newton tampak seperti kasus yang klasik. Dia hampir tidak berbicara, begitu asyik dengan pekerjaannya sehingga dia sering lupa makan, dan suam-suam kuku atau pemarah terhadap beberapa teman yang dimilikinya. Jika tidak ada mahasiswa yang datang ke kuliahnya, dia tetap memberikan materi, berbicara di ruang kosong. Dia juga mengalami gangguan saraf pada usia 50, yang disebabkan oleh depresi dan paranoia.

Baron-Cohen juga curiga terhadap Albert Einstein, saat masih kecil Einstein merupakan seorang yang suka menyendiri dan seringkali mengulang-ulang kalimat. Dia juga terkenal sebagai dosen yang terkenal membingungkan.

Namun, hal ini tidak dapat diketahui secara pasti, karena tidak mungkin mendiagnosis seseorang yang tidak lagi hidup. Dan mungkin saja bisa salah, karena menurut Glen Eliiot seorang psikiater dari University of California--Einstein memiliki selera humor yang baik--sesuatu yang hampir tidak dimiliki oleh penderita sindrom Asperger