Pernahkan Kamu Memperjuangkan Kebahagianmu?

 



Pernahkan Kamu Memperjuangkan Kebahagianmu? - Lihat orang sedari kecil sudah ditinggal sama orang tuanya, sedih. Lihat orang compang-camping di jalan, sedih. Lihat anak kecil berlalu-lalang di jalanan, sedih. Lihat teman nangis karena ditinggal sama seseorang pas lagi sayang-sayangnya, sedih. Lihat orang sedang sakit, sedih. Ya, itu semua adalah kesedihan, bahkan banyak lagi. Akan tetapi, tahukah kamu bahwa ada sebuah kesedihan yang lebih parah lagi dari itu semua? Apa itu? Saat kamu tak pernah mengikuti kata hatimu dan berjuang untuk kebahagiaanmu.

"Bagi jawaban, ya, Na?"

"Iya." Mengiyakan, padahal mengerjakan tugas sampai begadang.

__

"Nitip makanan di kantin, ya?"

"Iya." Mengiyakan, padahal bawa makanan sendiri saja kerepotan.

__

"Na, motormu tadi gak sengaja kesenggol sama motorku. Maaf, ya?"

"Iya, gak papa." Bilang gak apa-apa, siap-siap sampai rumah dapat hadiah.

__

"Na, nitip jajan lagi, ya?" Kebiasaan.

"Gak bisa, Rin. Tanganku gak cukup nanti bawa makananmu." 

"Kamu mah gitu, kalo teman minta tolong gak mau bantu." Lenyap sudah yang lalu.

Itulah contoh percakapan kecil yang bisa dijadikan gambaran dalam tema tulisan saya kali ini. Ingin semua orang suka dengan kita tidaklah bisa. Itu hanyalah pekerjaan bodoh dan sungguh melelahkan. Begitulah, kadang kita lupa untuk membuat diri kita bahagia. Kita enggan berjuang untuk kebahagian diri kita sendiri. Kita terlalu menurut akan kata dunia. Kita berpaling dari kata hati kita. Kita terlalu penakut untuk menghadapi dunia ini (mengambil keputusan).

Coba tanyakan kepada dirimu, apakah yang kamu jalani saat ini adalah atas kemauanmu atau tidak? Pernahkah kamu bertindak tegas demi hak yang sepatutnya kamu dapatkan? Saya tidak bermaksud menuntun Anda untuk menjadi orang yang tidak bersyukur, egois, dan tak bisa menerima keadaan. Namun, ada yang ingin saya perjuangkan di sini, yaitu kebahagian. 

Entah itu saat bersama keluarga, teman, dan orang lain, terkadang kita selalu saja bersikap seolah "ya sudahlah, terima aja". Kita tidak bisa bertindak tegas. Hingga akhirnya, perang batin terjadi. Pikiran kita dipenuhi pertanyaan kapan kita menjalani sesuatu atas dasar keinginan kita, padahal tanpa kita sadari kita selalu saja mengalah dan lemah.

Jadi, orang yang sepatutnya paling kita kasihani adalah diri kita sendiri. Ya, diri kita yang selalu patuh akan kata dunia, berpaling dari kata hati. Tak pernah berjuang untuk kebahagian diri sendiri.