Kenapa Babi Dilarang Untuk Dimakan? Beginilah Penjelasan Ilmiah-nya! - Babi adalah sejenis hewan ungulata yang bermoncong panjang dan berhidung lemper dan merupakan hewan yang aslinya berasal dari Eurasia. Babi merupakan omnivora yang berarti mereka mengonsumsi daging maupun tumbuh-tumbuhan. Dilihat dari beberapa sudut pandang salah satunya agama, ternyata ada beberapa agama yang tidak memperbolehkan memakan babi. Walaupun demikian pembahasan kali ini saya tidak ingin membahas hal tersebut.
Daging babi jadi salah satu daging yang paling banyak dimakan di seluruh dunia. Dilansir dari DR. AXE, sekitar 38 persen produksi daging di dunia adalah daging babi. Daging babi sangat populer di Asia Timur, Asia Tenggara, Eropa, Afrika Sub-Sahara, Amerika Utara, Amerika Selatan dan Oseania. Dilain aspek karena perdebatan tentang hewan ini, ada banyak peneliti yang sudah meneliti kandungan dari babi. Diantaranya ialah:
1. Daging Babi Beracun Karena Sistem Pencernaannya
Menurut kajian ilmiah, diketahui jika sistem pencernaan babi itu sangat unik jika dibandingkan dengan hewan mamalia lain jika dilihat dari durasi prosesnya. Ya, diketahui sistem pencernaan babi ternyata sangat cepat. Untuk proses makan sampai mengeluarkan feses, kurang lebih hanya empat jam. Berbeda dengan sapi misalnya yang butuh sekitar 24 jam untuk memproses makanannya.
Menurut penelitian, makin lama makanan diolah, maka zat-zat penting dari makanan itu bisa diserap. Di samping itu, racun-racun makanan juga lebih bisa dinetralisir. Babi hanya butuh empat jam dalam satu siklus pencernaan, hal ini bisa diasumsikan jika dagingnya mengandung racun-racun yang belum dibunuh secara sempurna oleh sistem. Makanya, mengonsumsi daging hewan ini bisa berpengaruh buruk terhadap kesehatan.
2. Ada Parasit Bernama Trichinellosis di Dalam Setiap Lipatan Daging Babi
Setelah diteliti sampai bosan, para peneliti akhirnya menyimpulkan kalau di dalam daging babi tersimpan semacam parasit merugikan bernama Trichinellosis. Parasit satu ini tidak bisa dibunuh dengan cara mudah. Bahkan ketika daging babi dimasak di suhu yang amat tinggi, kemungkinan besar parasit tersebut masih hidup.
Tentang Trichinellosis yang ada di dalam daging babi, para peneliti meyakini jika parasit ini membawa hal buruk pada manusia yang mengonsumsinya. Efek ringannya mungkin hanya pusing atau diare, tapi jika dikonsumsi rutin sang parasit bisa menyebabkan masalah di beberapa sistem penting manusia, entah itu peredaran darah atau pernapasan.
3. Tak Hanya Trichinellosis, Ada Banyak Virus Lain di Daging Babi
Selain Trichinellosis, peneliti juga menemukan banyak jenis parasit lain dan beberapa virus dalam setiap inchi daging babi. Masing-masing dari mereka membawa dampak buruknya sendiri-sendiri bagi manusia yang mengonsumsinya. Jenis-jenis virusnya sendiri adalah Hepatitis E Virus, PRRS, Nipah, Menangle, Cacing pita dan masih banyak lagi yang lain.
Menurut para ahli, barang siapa yang rutin mengonsumsi daging babi, mereka akan mudah untuk terkena beberapa masalah kesehatan yang sangat serius. Memang tak langsung, tapi perlahan-lahan menggerogoti tubuh layaknya ulat-ulat kecil yang nantinya akan menghabiskan seluruh daun di sebuah pohon.
4. Babi Punya Kebiasaan Memakan Apa pun
Salah satu alasan kenapa daging babi buruk adalah karena makanan mereka sendiri. Babi adalah hewan omnivora, artinya mereka memakan apa pun. Tak hanya tumbuh-tumbuhan, mereka juga sangat menyukai daging. Bahkan babi akan memakan apa pun yang nampak di depan matanya, termasuk kadang feses atau bahkan bayinya sendiri.
Karena makanannya buruk, maka berpengaruh pula kepada nutrisi dagingnya. Memang masih ada kandungan protein dan mineral lain, namun daging babi menyimpan potensi buruk bagi manusia. Terlepas dari ini, ada pula kajian non saintifik yang mengatakan jika perangai babi yang buruk memberikan pengaruh kepada para penikmatnya.
5. Babi Tidak Memiliki Kelenjar Keringat
Tak hanya sistem pencernaan yang bikin daging babi beracun. Ternyata ada hal lain yang menyebabkan hal serupa. Ini adalah tentang babi yang ternyata tidak memiliki kelenjar keringat. Nah, seperti yang kamu tahu, kelenjar keringat berfungsi sebagai pembuang toksin. Manusia memiliki ini sehingga kita bisa sehat dan tak cepat mati.
Karena racun tidak dibuang keluar tubuh melalui keringat, maka ia terendap di bawah kulit yakni daging dan otot. Sistemnya sendiri tidak mampu membuat racun dalam tubuh menghilang, maka sangat berisiko kalau kita mengonsumsi dagingnya. Bahkan dalam potongan kecil saja bisa dipastikan jika di dalamnya masih tersimpan racun-racun.
6. Daging babi dan olahannya meningkatkan risiko kanker
Menurut World Health Organization (WHO), daging babi dan olahannya, seperti ham, bacon dan sosis berisiko menyebabkan kanker. The International Agency for Research on Cancer mengklasifikasikan daging olahan sebagai karsinogen yang berarti sesuatu yang menyebabkan kanker. Para peneliti menemukan bahwa konsumsi 50 gram daging olahan setiap hari meningkatkan risiko kanker usus besar sebanyak 18 persen.
7. Risiko flu babi pada manusia
Adapun, salah satu penyakit yang dapat ditularkan babi ke manusia adalah flu babi. Infeksi ini kemungkinan menular secara fisik saat manusia berinteraksi dekat dengan babi.
Dilansir dari Centers for Disease Control and Prevention, H1N1 dan H3N2 adalah virus flu babi yang endemik di antara populasi babi di Amerika Serikat. Wabah pun dapat terjadi sepanjang tahun. Sebenarnya H1N1 telah diamati pada populasi babi sejak 1930, sementara H3N2 mulai di Amerika Serikat sekitar 1998.
Menurut CDC, flu babi belum terbukti ditularkan kepada manusia melalui makan babi. Adapun, saat babi dimasak dalam suhu 70°C saja sudah bisa membunuh virus dan patogen bawaan makanan.
8. Meningkatkan risiko kanker hati
Dilansir dari Healthline selama beberapa dekade terakhir, konsumsi daging babi meningkatkan risiko kanker hati dan sirosis di seluruh dunia.
9. Hepatitis E
Produk daging babi, terutama organ hati, seringkali membawa virus hepatitis E yang dapat menyebabkan komplikasi parah hingga berisiko fatal. Jika Anda kurang bersih ketika mengolah dan memasak daging babi lebih rentan terinfeksi virus hepatitis E. Virus ini nantinya bisa mengakibatkan demam, kelelahan, penyakit kuning, muntah, nyeri sendi, sakit perut, pembesaran hati, gagal ginjal, bahkan kematian.
Dalam beberapa kasus yang jarang terjadi, infeksi hepatitis E bisa mengakibatkan penyakit miokarditis (peradangan pada otot jantung), pankreatitis akut (peradangan pada pankreas), gangguan neurologis (masalah pada otak dan sistem saraf), kelainan darah, hingga gangguan muskuloskeletal (menyerang sendi, otot, saraf, ligamen, dan tulang belakang).
Inilah alasan kenapa sebaiknya kita menjauhi daging babi. Bukan karena sentimen apa pun, namun lantaran memang mengandung bahaya yang benar-benar nyata. Tapi, pada akhirnya semua kembali ke masing-masing orang. Mau tetap mengonsumsi atau meninggalkan jauh-jauh. Yang jelas ada risiko besar di tiap potongan daging babi yang masuk ke dalam perut.