Sejarah Pembantaian Sultan-sultan Melayu Nusantara - Republik yang sekarang kita tinggali ini sebenarnya memiliki banyak sejarah kelam dan "penuh dosa" ketika dibentuk.Mungkin beberapa diantara anda semua sudah tau peristiwa "Revolusi" Sumatera Timur 1946,meski begitu saya lebih suka menyebutnya dengan istilah pembantaian karena cara yang biadap dan alasan meletusnya "revolusi" ini masih simpang siur.
Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945,dan dengan teknologi komunikasi masa itu,juga dihalang-halangi berbagai pihak,kabar proklamasi tidak sampai langsung ke seluruh penjuru Nusantara.Para sultan,raja,dan datu Nusantara pun mempertanyakan apa bentuk dari negara yang baru saja diproklamirkan,dan apakah anti-kerajaan (anti terhadap mereka),atau tidak.Karena itu sebagian besar memilih diam hingga kabar yang lebih jelas sampai kepada mereka.
3 Maret 1946,Istana Kesultanan Asahan dikepung oleh massa,mereka berdalih anti daerah istimewa,anti swapraja.Massa terdiri dari Pemuda Sosialis Indonesia,Barisan Harimau,Barisan Merah menyerbu masuk kedalam istana meski sudah dilindungi oleh TRI.Semua bangsawan kesultanan Asahan meregang nyawa.Harta para bangsawan dijarah dan puteri-puteri diperkosa kemudian diculik entah kemana.Peristiwa sama terjadi di Simalungun,Barisan Harimau Liar menculik keluarga bangsawan Raja Pane kemudian dibunuh dalam satu pesta.Kesultanan Deli juga diserbu,namun massa berhasil ditahan karena daerah tersebut berbenteng dan dijaga TRI serta tentara sekutu yang kebetulan mendarat disana.Meski begitu tetap jatuh beberapa korban dari pegawai istana.Berturut-turut semua kesultanan yang tersisa disapu habis,Kesultanan Langkat,Serdang,Kualuh,hingga Tanah Karo.
Bila anda semua banyak yg berpikir kesultanan-kesultanan tersebut pantas dihancurkan karena pro-penjajah,maka anda salah.Tengku Amir Hamzah yang merupakan pejuang kemerdekaan-pun dibunuh.Banyak keluarga sultan yang sebenarnya pro terhadap kemerdekaan,namun mereka ragu dengan proklamasi yang dibacakan di Jakarta,karena itu mereka menahan diri.Ditambah lagi,mereka ingin mempertahankan status mereka sebagai daerah istimewa.Peristiwa Sumatera Timur sendiri disulut oleh kaum kiri yang sejak awal tidak ingin ada kerajaan atau daerah istimewa satupun yang tersisa,karena itu semuanya diteror bahkan hingga Jogja dan Solo.
Menurut dokumen Belanda,korban pembantaian di Asahan saja berjumlah 1200 orang,belum lagi negeri-negeri lain.
"Macam ditetak sebatang buluh,
Ditetak buluh kecai terbelah.
Macam tak bertuhan mereka membunuh,
Mangkatlah bangsawan tiada bersalah."
Teror "Merah" belum berakhir sampai disana,di tahun 1964 TNI menyerbu Istana Kesultanan Bulungan,Kalimantan Utara.Warga yang saat itu sedang bersiap sholat subuh terkejut dengan tentara yang berkumpul.Penyerbuan itu dipimpin Letnan B.Simatupang atas perintah Pangdam IX Mulawarman.
Sultan diminta keluar dengan tuduhan memberontak kepada RI,seorang Tengku menyangkal tuduhan tersebut dan mengajak tentara berunding,namun dibalas dengan tembakan.
Dibakar seluruh istana bertingkat 2 itu,harta mereka dijarah,dan para bangsawan Bulungan dibunuh di depan rakyat Bulungan sendiri.Pegawai-pegawai swapraja yang lain juga diculik dan dieksekusi di tengah laut.
Kesultanan Bulungan sendiri sebelumnya sangat makmur,dan daerahnya mencakup wilayah Kalimantan Utara dan Sabah (Malaysia).
Peristiwa itu membuat orang-orang Bulungan banyak yang tidak memiliki nasionalisme dan memilih bergandengan dengan Malaysia.
"Kalau saja kami merdeka sendiri,kami akan semaju Singapura".
Begitu juga dengan kesultanan yang lain,Kesultanan Langkat bahkan punya kapal uap tanker sendiri.Peristiwa ini membuat Melayu Sumatera Timur sakit hati,kemudian muncullah Negara Sumatera Timur yang merupakan bagian dari RIS.Hingga kini juga akibatnya masih terasa yaitu hilangnya khasanah Melayu.
Fatihah untuk para korban,dan semoga pelaku diberi balasan setimpal.