Sejarah Panjang Konflik Sains & Agama




Sejarah Panjang Konflik Sains & Agama - Diakui atau tidak, sains modern lahir dan berkembang di dunia Barat,Meski tidak selamanya bahwa Barat adalah Kristen, atau sebaliknya, Kristen adalah Barat, akan tetapi secara umum, Barat modern mengidentifikasikan dirinya sebagai berakar pada tradisi Yunani, Yahudi dan Kristen,Namun, dewasa ini sains modern dan turunannya, teknologi, telah dieksplorasi oleh semua budaya masyarakat di seluruh dunia, Sains modern mampu menggantikan semua cara lain dalam mengeksplorasi dan menggali potensi alam, setidak-tidaknya dalam pengertian praktisnya.

Dampak dari perkembangan sains modern sungguh menakjubkan, Sains modern telah mengubah cara manusia dalam menjalani hidup, berkomunikasi, melahirkan anak, memproduksi bahan makanan, pakaian, dan perumahan serta dalam menjalani berbagai kegiatan rutin dalam kehidupannya sehari-hari,Ini tidak hanya mewarnai kehidupan orang-orang Barat saja, namun keberadaan sains modern telah diakui secara mendunia dan sains modern telah hidup dan menguasai semua lini kehidupan dalam berbagai budaya, seperti budaya Hindu, Cina dan budaya bangsa-bangsa di belahan dunia lainnya, termasuk di dalamnya budaya Islam yang juga turut serta berpartisipasi dengan penuh gairah dalam mengkonsumsi hasil perkembangan sains modern.

Dalam sejarah sains, semua capaian sains modern saat ini, berawal dari berbagai pertanyaan manusia tentang misteri alam semesta; kemegahan langit malam, terjadinya siang dan malam serta berbagai fenomena alam, telah memunculkan berbagai pertanyaan: mengapa ada alam semesta ini? Mengapa alam semesta seperti ini? Kapan ia berawal dan akankah berakhir? Berbagai instrumen telah dicoba guna mengetahui asal mula, keberadaan serta kemungkinan kehancuran alam semesta, Hal ini telah dilakukan oleh manusia sejak dahulu kala, yaitu dengan mengkaji gerakan-gerakan bintang di langit yang disebut dengan ilmu astronomi dan merumuskan berbagai teori tentang alam semesta yang kemudian dikenal dengan kosmologi, yang pada gilirannya nanti keduanya menjadi cabang dari sains modern yang khusus mengkaji tentang ilmu perbintangan dan asal asul alam semesta.

Dalam langkah majunya, kajian tentang alam telah melalui dan mengalami banyak revolusi, Sebagai misal, dalam rentang waktu satu abad, revolusi Copernicus tahun 1543 M yang dikumandangkan oleh seorang astronom fisikawan Jerman Johannes Kepler (1571-1630 M) dan seorang ilmuwan dan filosof Italia Gelilei Galileo (1564-1642 M)―yang terjadi setelah kematian Copernicus―mampu meneguhkan sistem heliosentris (matahari sebagai pusat benda-benda luar angkasa, sedangkan bumi hanyalah salah satu planetnya), Penemuan ini cukup mengguncangkan fondasi pandangan dunia geosentris, yaitu bumi sebagai pusat alam semesta, yang sebelumnya telah berurat akar selama kurang lebih 1300 tahun, Kepler dengan tiga hukumnya yang berhubungan dengan orbit-orbit berbagai planet, dan Galileo dengan temuan mutakhirnya, yaitu sebuah teleskop kecil sehingga dapat melihat gerakan-gerakan benda langit yang belum pernah dilihat sebelumnya: satelit-satelit Yupiter, dan mengetahui bahwa benda-benda langit tidaklah sempurna dan bahkan serupa saja dengan bumi, Hal ini telah membawa perubahan dalam tata cara mengkaji dan menjawab berbagai pertanyaan tentang fenomena alam, Sejak saat itu, kajian tentang alam harus didasarkan pada eksperimen, observasi, analisis kuantitatif dan pertimbangan kualitatif, penjelasan kausal dan deskripsi fenomenologis.

Penemuan dan cara baru ini berbeda dengan langkah-langkah para filsuf zamannya yang cenderung mencari jawaban atas masalah-masalah fisika dengan merujuk ke teks masa lampau, Perbedaan ini ternyata menuai konflik yang berkepanjangan antara sains dan agama,Penemuan Galileo mengguncang otoritas ilmiah Aristoteles yang mendukung astronomi Ptolemeus yang telah diterima secara luas di Eropa sejak abad ke-12, Lebih-lebih otoritas kitab suci saat itu meyakini bumi sebagai pusat alam semesta,Galileo dengan berpegang teguh pada hasil penelitiannya secara terang-terangan menentang otoritas gereja, sehingga pada tahun 1633 Galileo diadili oleh gereja, ia disumpah untuk meninggalkan pendapat sesat, yang tak lain sistem heliosentris Copernicus,Moment bersejarah ini diabadikan dalam sebuah lukisan Galileo yang sedang berlutut di hadapan Inkuisitor Gereja Katolik, berjubah terdakwa, satu tangan diletakkan di atas Injil.

Peristiwa Galileo tidak menjadikan para penerusnya menjadi ciut, akan tetapi kajian tentang alam semesta terus melangkah maju jauh meninggalkan para pendahulunya,Misalnya saja setelah Galileo meninggal pada tahun 1642 M, Isaac Newton (642-1727 M) berhasil membuat pandangan yang benar-benar baru tentang alam semesta, penemuannya tentang adanya gaya gravitasi―yang nantinya menjadi salah satu dari ladasan teori relativitas―yang konon terinspirasi dari sebuah peristiwa jatuhnya Apel di atas kepala Newton saat ia sedang duduk di bawah pohon Apel, telah membawa perubahan besar terhadap pandangan manusia tentang materi,Ia mampu menjelaskan hukum-hukum fisika dengan cara yang mudah dimengerti oleh manusia yang belum bisa dilakukan oleh William Harvey (1578-1657 M) dan René Descartes (1596-1650 M) yang juga telah mengadakan percobaan sebelumnya.

Tidak hanya itu, pada dua abad berikutnya Sains modern berkembang begitu pesat,Ia menemukan jutaan fakta baru, menyusun ribuan teori baru dan melayani manusia dengan cara yang belum pernah dilakukan sebelumnya,Penemuan Albert Einstein (1879-1955 M) misalnya, ia berhasil merumuskan teori relativitas, dan berdampak penting pada pemahaman manusia atas ruang, waktu, energi dan materi, serta menjadi cikal bakal lahirnya kosmologi modern, yang memunculkan berbagai gagasan tentang model alam semesta, Bahkan sains modern mampu merumuskan teologinya sendiri tentang alam, yaitu dengan memperlakukan materi sebagai unit otonom, yang dengan cara tertentu eksis dan hidup selamanya di alam semesta, serta menjalankan fungsinya tanpa membutuhkan Tuhan,Ia juga merumuskan asumsi dasar bahwa kosmos hanyalah kumpulan materi yang berjalan berdasarkan hukum tertentu yang bisa dipahami melalui metode ilmiah,Begitu dipahami, hukum ini kemudian bisa digunakan untuk menjelaskan segala sesuatu tanpa merujuk kepada apapun selain kepada sains, Oleh karena itu, tidak menutup kemungkinan bahwa sains akan memunculkan berbagai gagasan, persepsi atau teori yang tidak sesuai atau bahkan bertolak belakang dengan pandangan religius atau yang memunculkan pertanyaan tentang kemahakuasaan dan kebebasan Tuhan, sebab, sains tidak memiliki komitmen apapun terhadap agama manapun.

Meski demikian, segala penemuan sains modern membutuhkan sebuah perenungan religius dalam konteks kehidupan beragama, Karena bagaimanapun, meski penemuan sains modern bebas nilai serta tidak terikat dengan agama manapun, akan tetapi ia tidak akan bisa lari dan akan tetap bersinggungan dengan kehidupan keagamaan, paling tidak dengan manusia yang beragama, Proses ini memang telah terjadi di Barat yang banyak dilakukan oleh jajaran teolog dari semua madzhab―dalam agama Kristen―dan para filosof serta saintis terkemuka guna merenungkan implikasi penemuan ilmiah atas iman mereka.

Diantara semua agama di dunia, Kristenlah yang harus berhadapan langsung dengan serangan saintisme, sebab di dunia Kristen sains modern lahir dan berkembang, dan menurut paradigma kehidupan dan pemikiran Kristen abad pertengahan, sains modern harus ditolak dan dikeluarkan.

Mungkin bukan suatu yang mengherankan ketika konflik antara sains dan agama di dunia Kristen dan Barat ini terjadi,Jika kita melihat sejarah lahirnya agama Kristen di Barat, hal itu telah menjadi cikal bakal adanya dikotomisasi antara kebenaran akal dan kebenaran wahyu,Selain itu juga tindakan gereja yang begitu keras memberangus dan memasung pemikiran-pemikiran dan teori-teori ilmiah, serta menjatuhkan hukuman terhadap si empunya―apabila berseberangan dengan pendapat resmi gereja―hal ini menimbulkan keinginan untuk melakukan kudeta terhadap gereja dengan menjadikan temuan ilmiahnya sebagai senjata paling ampuh untuk menyerang otoritas gereja dan menolak keberadaan dan campur tangan Tuhan dalam kehidupan manusia.

Pada abad ke-20 konflik hubungan sains dan agama menjadi sebuah kajian yang tak pernah tuntas dibahas,Selama 40 tahun terakhir, minat kuat dalam hubungan sains dan agama telah menghasilkan banyak tanggapan dan interaksi kesarjanaan yang berusaha menjembatani sains dan teologi Kristen,Salah satu inti permasalahan yang kemudian membawa pada konflik yang berkepanjangan adalah masalah penciptaan dan model alam semesta yang diajukan oleh kosmologi modern.

Sekarang, kosmologi bukan lagi sekadar teori teori spekulatif tentang asal usul, evolusi, komposisi, dan struktur alam semesta ini, Ia sudah merupakan ilmu pengetahuan yang didukung beragam hasil observasi astronomis, juga hasil-hasil eksperimen fisika yang berkaitan,Bahkan, sebagian kalangan ahli kosmologi mengatakan, saat ini adalah eranya kosmologi presisi (ketepatan), yaitu era ketika data-data astronomis melimpah dengan tingkat kepresisian yang semakin tinggi.

Banyak hasil observasi yang mendukung teori-teori yang diajukan, Ada juga yang masih menjadi rahasia tak terungkap sehingga alam semesta ini belum sepenuhnya terpahami, dan mendorong para ilmuwan untuk terus memformulasikan aturan atau teori-teori yang memerkirakan alam semesta ini.

Kosmologi modern pada abad ke-19 hingga abad ke-20 telah mengajukan berbagai gagasan mengenai model alam semesta, namun tinjauan terhadap semua teori ini mengungkapkan bahwa pada intinya hanya terbagi dua, yaitu:

1. Gagasan yang umum di abad ke-19 adalah gagasan yang diusung oleh kaum Materialisme seperti Karl Marx dan Friedrich, yang mengatakan bahwa alam semesta merupakan kumpulan materi berukuran tak hingga yang telah ada sejak dulu kala, tidak berawal dan akan terus ada selamanya, Selain meletakkan dasar berpijak bagi paham materialis, pandangan ini menolak keberadaan sang Pencipta dan menyatakan bahwa alam semesta tidak berawal dan tidak berkhir,Jelas telihat bahwa paham ini berakar dari kebudayaan Yunani kuno,Pada abad ke-20, konsep ini kemudian dilanjutkan oleh seorang ahli astronomi Inggris ternama, Sir Fred Hoyle dengan teori “Steady-state”nya.

2. Gagasan yang mengatakan bahwa alam semesta diciptakan dan memiliki awal, yang dikenal dengan model Big Bang,Model kosmologi ini pertama kali diajukan seorang ilmuwan Rusia, A. A. Friedmann (1922 M), dan secara terpisah oleh seorang pendeta ilmuwan Belgia, G. Lemaitre. Model kosmologi yang mereka ajukan merupakan salah satu solusi teori relativitas umum Einstein,Dalam teorinya ini, Einstein menyatakan hubungan kelengkungan ruangwaktu dengan sumber medan yang mengisi ruang-waktu tersebut,Model ini kemudian dikuatkan oleh hasil observasi Edwin Hubble (1929 M) di observatorium Mount Wilson Caliofornia,Ketika mengamati bintang-bintang dengan teleskop raksasa, ia menemukan bahwa mereka memancarkan cahaya merah sesuai dengan jaraknya,Hal ini berarti bahwa bintang-bintang ini bergerak menjauhi kita, Sebab, menurut hukum fisika yang diketahui, spektrum dari sumber cahaya yang sedang bergerak mendekati pengamat cenderung ke warna ungu, sedangkan yang menjauhi pengamat cenderung ke warna merah.

Selama pengamatan oleh Hubble, cahaya dari bintang-bintang cenderung ke warna merah, Ini berarti bahwa bintang-bintang ini terusmenerus bergerak menjauhi kita,Jauh sebelumnya, Hubble telah membuat penemuan penting lain,Bintang dan galaksi bergerak tak hanya menjauhi kita, tapi juga menjauhi satu sama lain,Satu-satunya yang dapat disimpulkan dari suatu alam semesta di mana segala sesuatunya bergerak menjauhi satu sama lain adalah bahwa ia terus menerus mengembang, Mengembangnya alam semesta berarti bahwa jika alam semesta dapat bergerak mundur ke masa lampau, maka ia akan terbukti berasal dari satu titik tunggal, Perhitungan menunjukkan bahwa titik tunggal ini yang berisi semua materi alam semesta haruslah memiliki volume nol, dan kepadatan tak hingga,Alam semesta telah terbentuk melalui ledakan titik tunggal bervolume nol ini, Ledakan raksasa yang menandai permulaan alam semesta ini yang kemudian dikenal sebagai model Big Bang.

Kalau dicermati dari awal lahirnya kosmologi hingga pada kosmologi modern, kita akan melihat bahwa keberadaan Tuhan benar-benar menjadi sebuah permainan, yang akan dihapus ketika tidak dibutuhkan dan demikian pula akan dipanggil kembali ketika observasi mengatakan bahwa Tuhan itu ada; abad ke-2 masehi hingga abad ke-15 masehi sistem Ptolemaik bercokol dan langit menjadi objek pemujaan,Abad ke-17 lahirlah empat raksasa peruntuh langit spiritual, yaitu Copernicus, Kepler, Galileo dan Newton,Kosmologi tak lagi ada, yang ada hanyalah ilmu Astronomi,Hal ini kemudian yang menjadi landasan pemahaman tentang model alam semesta kekal pada abad ke-19 masehi, yang diajukan oleh paham materialisme yang diusung oleh Karl Marx,Paham ini mendapat penerimaan yang meluas bahkan sampai abad ke-20,Kemudian pada tahun 1929 M observasi Hubble yang mengatakan bahwa alam semesta mengembang dan menguatkan teori Big Bang, Ini adalah penemuan penting dalam astronomi, karena memungkinkan kembalinya kosmologi sebagai sains dan kembali bisa memberi ruang pada keberadaan Tuhan,Namun lagi-lagi Tuhan digusur pada tahun 1981 M oleh Stephen Hawking dalam konferensi Vatikan tentang kosmologi, Ia menyampaikan sebuah teori yang tidak beda jauh dengan gagasan Guth tentang teori Inflasi untuk menjelaskan mengembangnya alam semesta.

Hal inilah yang kemudian selalu menjadi kajian yang tak pernah tuntas dibahas, dan menjadi konflik berkepanjangan antara kaum materialisme yang tetap bersikukuh bahwa tidak ada campur tangan Tuhan di alam semesta dengan kaum teistik yang meyakini bahwa Tuhan adalah kausal final dari alam semesta.

Jika kita mau jujur,sebenarny sains dan agama punya fungsi yg berbeda,agama mampu memberikan ketenangan dan kedamaian saat kita sendirian di kamar dan merenungkan kematian,sedangkan sains memberikan kita pengetahuan yg bisa di gunakan untuk memproduksi makanan,memberikan kita cahaya di malam yg kelam,dan memberikan kita hiburan dan informasi tak terbatas lewat perangkat komputer/ smartphone,keduanya sebenarnya bukan lah seperti air dan minyak yg tidak bisa di campur,tapi lebih mirip seperti lampu bohlam dan listrik yg saling melengkapi,keduanya di butuhkan untuk bisa menerangi jalan hidup kita,jadi berhentilah untuk selalu memperdebatkan sains dan agama,karna itu tidak berguna,sama tidak bergunanya seperti menghitung lama puasa di berbagai belahan dunia dengan memakai rumus matematika yg rumit,padahal kita hanya perlu mengetahui lama puasa di negara kita sendiri,itu pun tanpa perlu rumus yg rumit,ok sekian dari ts,sampai jumpa di post selanjutnya.

Sumber: Dunia Kita