Delusi Kebangkitan Komunisme di Era Modern




Delusi Kebangkitan Komunisme di Era Modern - “Ada hantu berkeliaran di Eropa—hantu Komunisme.”

Merupakan kata pembuka dalam buku yang berjudul Manifesto Komunisme karya Karl Marx dan Friedrich Engels, buku yang sudah terbit selama 171 tahun ini memberikan pengaruh yang besar bagi dunia, tak terkecuali bagi Indonesia.

Komunisme merupakan salah satu ideologi sosio-politik ekonomi yang menekankan pada kepemilikan barang secara kolektif dan tidak mengakui kepemilikan secara individual seperti mesin, pabrik harus dikuasai oleh negara, bukan individu. Komunisme lahir akibat pertentangan kelas antara Borjuis dan Proletar seperti yang dikatakan oleh Marx bahwa “Sejarah dari semua masyarakat yang ada hingga sekarang ini adalah sejarah perjuangan kelas”. Proletar yang diperas tenaganya oleh para Borjuis melakukan suatu perlawanan, puncaknya yaitu saat Revolusi Bolshevik di Rusia tahun 1917.

Dengan kemenangan revolusi tersebut, Komunisme tumbuh sumbur hingga mencapai ke Indonesia. Riwayat Komunisme di Indonesia tidak terlepas dari peran sosok seorang sosialis Belanda yang bernama Henk Sneevliet. Dia mendirikan ISDV (Indische Socialistische-Democratische Vereeniging) yang menjadi cikal bakal PKI (Partai Komunis Indonesia), partai komunis pertama di Asia.

Perkembangan PKI yang sedemikian cepat harus terhenti saat kegagalan pemberontakan mereka pada tahun 1926-1927, banyak anggota PKI yang dibuang, dibunuh, dan melarikan diri, otomatis pergerakan kaum Komunis bisa dibilang 'mati', selain itu pergerakan organisasi lainpun ikut terhambat seperti yang dikatakan dalam buku Sejarah Nasional Indonesia jilid V.

PKI kembali bangkit setelah kemerdekaan, namun pada tahun 1948 PKI Madiun bentukkan Musso melakukan suatu 'pemberontaka ' dengan mendirikan negara dalam negara. Alhasil, PKI kembali bergerak di bawah tanah. Beberapa tahun kemudian, ketika PKI dipimpin oleh golongan muda seperti Aidit, Nyoto, Sudisman, dan sebagainya PKI tumbuh menjadi partai yang besar, hal ini terbukti ketika pemilu pertama tahun 1955 di mana mereka menempati posisi ke-4 setelah PNI, Masyumi, NU.

Tumbuhnya PKI yang sedemikian cepat menimbulkan kekhawatiran di kalangan anti-Komunis, suburnya PKI tak terlepas dari gagasan NASAKOM yang dicetuskan oleh Bung Karno. Dengan tumbuhnya PKI, maka timbul berbagai bentrokkan. Klimaksnya peristiwa G30S tahun 1965, di mana PKI menjadi dalang pembunuhan 6 jenderal dan 1 perwira Angkatan Darat. Setelah peristiwa ini, Soeharto yang bertugas untuk 'memulihkan keadaan' lewat Surat Perintah Sebelas Maret yang kontroversial tersebut, sukses 'membunuh' PKI hingga terjadi pembunuhan masal terhadap anggota dan mereka yang dituduh pro PKI. Selain pembunuhan masal, pun juga kasus pengadilan & pembuangan terhadap mereka yang pro dan dituduh PKI.

G30S merupakan peristiwa yang masih banyak menyimpan misteri, apakah semua itu terjadi begitu saja? Tidak. Semua telah dimainkan. Ada tangan-tangan besar kekuasaan yang bermain yang juga melibatkan konspirasi internasional. Saat itu eranya adalah perang ideologi—Perang Dingin. Di berbagai belahan bumi perang yang terjadi adalah perang antar ideologi. Tapi saat ini, tentu saja semua sudah selesai. Era ideologi telah selesai. Kenapa kita kembali berkutat di sini?

PKI, selama masa kekuasaan orde baru (Soeharto), adalah stempel keramat “stigmatisasi” yang bisa membuat siapa saja kehilangan nyawa. Tak peduli mereka betul-betul menjadi bagian integral dari partai itu atau tidak, asal mereka pernah berhubungan dengannya, tamatlah riwayatnya. Politik stigmatisasi dijalankan untuk memberangus siapa saja yang melawan kekuasaannya. Narasi-narasi sejarah ditulis, film dibuat, semua adalah alat propaganda kekuasaan yang jelas-jelas banyak berisi kebohongan. Rakyat selama 32 tahun dicekoki dengan informasi dan cerita kebohongan ini. Alhasil, kita-kita yang mengalami masa-masa kekuasaan Orde Baru adalah korban hegemonik cerita-cerita besar kebohongannya, seperti yang setiap 30 September dijejalkan ke kita melalui film G30S PKI.

Saat gelombang reformasi datang dan meruntuhkan kekuasaan Orde Baru, tentu alam bawah sadar kita tak serta merta bisa dipulihkan. Paranoia akut masih bercokol kuat di pikiran. Sehingga ketika kata-kata atau idiom-idiom kiri terdengar kita masih mudah menjadi ketakutan: jangan-jangan PKI akan bangkit lagi. Lebih parah dari itu, kita malah berhalusinasi bahwa mereka benar-benar akan bangkit. Bibit-bibitnya adalah wacana-wacana kritis, diskusi tertutup, pembacaan puisi, dan lain-lain yang beridiom kiri atau bernuansa merah. Seperti yang terjadi di Kediri beberapa waktu lalu tentang penyitaan buku-buku berbau kiri, pelarangan diskusi 1965 di LBH, Jakarta tahun 2017, pelarangan monolog Tan Malaka di Bandung tahun 2016, pembubaran lokakarya korban 1965 di Cianjur tahun 2016, dan berbagai kasus serupa lainnya.

Francis Fukuyama dalam bukunya The End of History telah menggambarkan bahwa sejarah pertarungan ideologi telah selesai. Kemenangan ada di pihak Kapitalisme. Dan saat ini kita melihat bahwa negara-negara besar Komunis pun telah berubah wajah menjadi Kapitalis. Identitas negara Komunisme hanya menjadi jubah, namun tubuh yang dibalutnya adalah tubuh Kapitalis dengan watak dan kecenderungan yang benar-benar Kapitalis—seperti RRT. Jadi sejatinya, sebagai sebuah ideologi Komunisme telah mati. Ia betul-betul tak lagi laku lagi untuk dijual sebagai mimpi-mimpi.

Mungkin mereka yang saat ini sedang paranoid dan terus berhalusinasi tentang bangkitnya Komunis (PKI) ini tak pernah membaca buku atau membaca sejarah perkembangan dunia. Bahwa di luar sana lompatan demi lompatan telah terjadi. Mereka adalah korban-korban hegemoni orde baru yang tidak mau atau tidak siap untuk move on, membuka mata pada gemerlapnya peradaban dan masa depan dunia.

Komunisme sudah menjadi hantu, dan benar apa yang dikatakan oleh Marx dan Engels dalam pengatarnya di buku Manifesto Komunisme, 171 tahun lalu, “hantu Komunisme”, ini seperti menyiratkan kita bahwa Komunisme akan kalah melawan Kapitalisme yang sudah berkembang dengan pesat di zaman hedonis ini.

Jadi, apakah kebangkitan Komunisme dan PKI ini akan terjadi? Tidak, negara yang Komunis pun sudah meninggalkan identitas Komunisme nya, seperti RRT, Komunisme yang berbalut Kapitalisme.

Mungkin, saat ini pengantar dalam Manifesto Komunisme akan berubah menjadi
“Ada hantu Komunisme berkeliaran di Indonesia—hantu paranoid Komunisme”