Sebuah Media Yang Di Klaim Sebagai Petunjuk Dan Penyelamat Ketika Kita Berada Di Dunia Maupun Alam Setelah Kematian


Sebuah Media Yang Di Klaim Sebagai Petunjuk Dan Penyelamat Ketika Kita Berada Di Dunia Maupun Alam Setelah Kematian - Pertama-tama saya akan menyampaikan prolognya terlebih dahulu lalu kalian bisa duduk manis sambil mencerna dan menikmati dengan otak kalian, melihat dengan seksama melalui penglihatan yang kalian punya.

Selama ribuan tahun agama telah memerintahkan kita untuk menerima keimanan kepada tuhan yang maha segalanya. Akibatnya, sejarahpun mengalir mengikuti arus air yang entah mau kemana dan terkadang penuh dengan rintangan. Ada masanya ketika kegembiraan dikelilingi dengan kengerian tak terbayang atas nama agama. Kita telah melalui begitu banyak malapetaka untuk bisa percaya pada tuhan yang baik dan penyayang. Siapa yang lupa peristiwa holocaust atau 9/11, lalu meyakini bahwa tuhan adalah cinta? Kenapa demikian? Karena teis meyakini bahwa di setiap ada cobaan yang sedang melanda mereka, disitulah mukjizat akan datang dan membalikkan keadaan tetapi bagaimana jika itu tidak terjadi? Apakah anda akan pasrah lalu menundukkan kepala atau berusaha dengan amunisi yang ada walaupun tanpa bantuan tuhan itu sendiri? Comment below bout this part.

.

A : "Agamaku adalah agama yang damai dan menjunjung tinggi nilai persaudaraan"
B : "Mustahil, agamamu kan yang mewajibkan membunuh golongan yang tidak sepaham denganmu"
A : "Argh, darimana kau tahu? Jangan suka mengarang tanpa ada buktinya"
B : "Coba lihat di dalam kitab sucimu pada halaman ********* sekian, itu membuktikan bahwa agamamu itu keji"
A : "Jangan mengklaim seenaknya bahwa agamaku itu seperti yang kau maksud, kau saja tidak mengenal ajaran agamaku secara baik"
B : "Aku tidak bermaksud seperti itu tetapi realitanya memang demikian"
A : "DASAR $#&#$#%=+@*!!!"

Dialog diatas adalah contoh kecil dari bibit-bibit konflik yang ditimbulkan atas nama agama, lalu apakah agama itu bisa dikorelasikan dengan apa yang telah terjadi di belahan dunia yang sejatinya menonjolkan agama itu sendiri? Misalnya, perang saudara di yaman (Sunni vs Syiah), peristiwa konstantinopel, aksi terorisme yang berada di timur tengah, aksi bom surabaya, thamrin, bali, etc. Saya tegaskan lagi bahwa itu adalah contoh kecilnya saja yang saya tahu. Basically, agama adalah sebuah pegangan yang harus kalian yakini. Dalam kebanyakan ajaran agama selalu melibatkan tentang sebuah tempat yang dipercaya sebagai tempat peristirahatan bagi kehidupan orang yang telah tiada, yang dinamakan surga dan neraka. Saya yakin bahwa setiap agama mempunyai konsep seperti itu.

Terlepas dari itu, saya dulu ingin lebih menggali tentang konsep maupun esensi dari agama itu sendiri dan hasilnya sama saja, salah satunya katakanlah "peluklah agama kami niscaya kamu akan berada di sisi tuhan dan di tempatkan di surga, jika kamu berbuat sebaliknya maka kamu akan mendapatkan siksaan yang pedih karena telah berpaling dari sang penciptamu", kurang lebih seperti itu dari kebanyakan agama yang saya tahu. Namun, bagaimana jika kita selama ini salah memilih tempat sarana menyembah kepada tuhan yang bersifat esa? Akankah kita mulai berpikir ulang dan berpindah-pindah agama? Haha, tentu saja itu hal yang mustahil dilakukan karena faktor keluarga ataupun lingkungan, terutama jika orang-orang terdekat kalian itu penganut agama yang konservatif tetapi sedikitnya banyak orang yang telah melakukan hal demikian karena ragu-ragu terhadap agama yang sedang dipeluknya sekarang.

No offense, but that's the reality. Bagaimana bisa agama yang di klaim sebagai penyelamat/petunjuk tetapi di dalamnya terdapat sejarah kelam yang akan terus diingat oleh semua orang. Saya tidak berbicara mengenai salah satu tetapi hampir semuanya secara universal. Ok, back to the topic. Saya sering melihat secara langsung bahkan di lingkungan sekitarku, orang-orang yang katanya beragama tetapi seringkali kehilangan empati dan welas asihnya, misalnya seperti seorang pengemis yang mengenakan peci berarti itu menunjukkan bahwa dia itu seorang muslim tetapi si pemberi yang muslim juga tidak memberikan apapun kepada si pengemis, entah apa alasan spesifiknya, setidaknya bisalah memberi walaupun hanya nominal yang sedikit ataupun makanan ringan. Lalu dimana kebaikan seiman itu yang selalu digaungkan akan terealisasi jika berbuat kebaikan itu sendiri tidak mau anda usahakan. Saya harus bilang, agama barangkali hanya diperlukan bagi mereka yang membutuhkanya, ketika kita berbuat kebaikan tidak perlu mengatasnamakan agama, yang diperlukan hanya instrumen nurani dan empati/welas asih yang dimiliki manusia.

.

Bagaimana dengan seseorang yang mengaku bahwa dirinya beragama tetapi pada realitasnya tidak memenuhi kriteria maupun persyaratan yang berlaku pada agama itu sendiri? Jika jawabannya "jangan salahin agamanya tetapi orangnya bla bla bla" atau "agama tidak pernah mengajarkan hal yang seperti orang itu lakukan bla bla bla", lalu bagaimana dengan esensi agama itu sendiri yang sejatinya bisa mengubah pemeluknya menjadi pribadi yang lebih baik lagi? Otomatis esensi tersebut kontradiktif dengan apa yang dikemukakan oleh para suci/ahli agama. Hampir semua ajaran agama mengajarkan ke arah kebaikan, karena ajaran agama di klaim berasal dari entitas yang disebut Tuhan, maka tak jarang ajaran agama mengklaim bahwa nilai-nilainya bersifat universal. Namun pada praktiknya sendiri, masih sering terjadi konflik horizontal antara satu penganut agama dengan penganut agama yang lainnya.

Next, ada narasi tafsir yang diinterpretasikan oleh ajaran dari agama itu sendiri yang disalurkan melalui ajaran para suci/ahli agama yang malah melahirkan ketidakbahagiaan. Sebagai berikut; Atas nama surga diciptakanlah neraka di muka bumi ini. Atas nama iman, sekat-sekat dibangun. Eksklusitivitas kelompok dikukuhkan. Stereotype didengungkan. Demi surga. Betulkah demikian beriman itu? Tapi, bukankahkah beriman itu seharusnya membebaskan dan memerdekakan jiwa? Mungkinkah dibangun sebuah narasi baru tentang beriman tanpa rasa takut? Mungkinkah dunia yang damai tercipta tanpa harus ada surga dan neraka?

Namun, Apakah dengan menyatakan hal demikian bisa menjamin seluruh makhluk hidup berujung pada sebuah kebahagiaan? Ofc, not. Itu hanya akan menimbulkan sebuah polemik baru dan kontradiktif dengan apa yang diajarkan oleh para suci kepada kita bahkan dampaknya bisa terkena kepada generasi yang akan datang.

Well, catatan pentingnya ialah bagaimana mekanisme dari agama itu sendiri yang seharusnya esensial tetapi pada realitasnya seringkali menimbulkan konflik atas otoritas agama itu sendiri, selalu saja diintervensi oleh pihak yang lain padahal jika kita menalarnya pasti akan muncul pertanyaan seperti ini "bagaimana bisa sesuatu yang berasal dari tuhan dan sifatnya mutlak lalu dicampuri oleh tangan-tangan kotor, apakah mereka tidak takut akan hukuman yang nanti diberikan oleh tuhan?", tentu saja ini yang menjadi akar permasalahan dari agama itu sendiri dan sekaligus melahirkan banyak pertanyaan lainnya.

.

Mari berdiskusi atas apa yang saya sampaikan diatas, siapa tahu ada yang kontra terhadap opini saya, silahkan keluarkan argumentasi yang berpotensi mematahkan opini saya dan begitupun sebaliknya, silahkan keluarkan argumentasi yang mendukung dan kuat terhadap opini anda sendiri maupun saya pribadi.

Usahakan baca dan pahami terlebih dahulu sebelum menyimpulkan. Cukup sekian dan terima kasih.

.

Reference :

https://www.wholereason.com/…/which-religion-or-ideology-ha…

https://www.quora.com/What-is-the-meaning-behind-the-song-I…

https://www.reddit.com/…/serious_what_would_our_world_be_l…/

https://www.telegraph.co.uk/…/Religious-conflict-in-global-…

http://religiomag.com/the-top-religious-wars-in-history/

https://skeptoid.com/episodes/4076