Fenomena Hikikomori Serta Penyebab yang Membuat Seseorang Menjadi Hikikomori!


Fenomena Hikikomori Serta Penyebab yang Membuat Seseorang Menjadi Hikikomori! - Yooosh!..... Bagi yang belum tahu banyak tentang apa itu Hikikomori, kali ini mimin Gintoki akan membahas selengkapnya apa itu Hikikomori.....

Silahkan disimak!

Menurut Wikipedia Hikikomori (引きこもり, ひきこもり, atau 引き籠もarti harafiah: menarik diri, mengurung diri) adalah istilah Jepang untuk fenomena di kalangan remaja atau dewasa muda di Jepang yang menarik diri dan mengurung diri dari kehidupan sosial. Istilah hikikomori merujuk kepada fenomena sosial secara umum sekaligus sebutan untuk orang-orang yang termasuk ke dalam kelompok sosial ini.

Munculnya sindrom ini belum diketahui pasti jejak mulanya. Namun, sebutan hikikomori itu sendiri mulai dikenal luas tatkala Saito Tamaki, seorang terapis di kota Funabashi, Jepang, menemukan pola ganjil dari para pasiennya. Banyak orang tua berdatangan ke kliniknya untuk menanyakan gejala anak-anak mereka yang anti sosial dan sering mengurung diri dalam kamar.

Saito kemudian mempelajari fenomena ini dan pada tahun 1998 menulis sebuah buku yang jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris menjadi Hikikomori: Adolesence without End. Sejak saat itulah istilah Hikikomori mulai dikenal hingga saat ini. Kata hikikomori sendiri bisa merujuk pada sebutan bagi sebuah kondisi maupun seseorang yang mengalaminya.

Menurut Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan Jepang, definisi hikikomori adalah orang yang menolak untuk keluar dari rumah, dan mengisolasi diri mereka dari masyarakat dengan terus menerus berada di dalam rumah untuk satu periode yang melebihi enam bulan. Menurut psikiater Tamaki Saitō, hikikomori adalah "Sebuah keadaan yang menjadi masalah pada usia 20-an akhir, berupa mengurung diri sendiri di dalam rumah sendiri dan tidak ikut serta di dalam masyarakat selama enam bulan atau lebih, tetapi perilaku tersebut tampaknya tidak berasal dari masalah psikologis lainnya sebagai sumber utama." Pada penelitian lebih mutakhir, enam kriteria spesifik diperlukan untuk "mendiagnosis" hikikomori:

•Menghabiskan sebagian besar waktu dalam satu hari dan hampir setiap hari tanpa meninggalkan rumah

•Secara jelas dan keras hati menghindar dari situasi sosial.

•Simtom-simtom yang mengganggu rutinitas normal orang tersebut, fungsi pekerjaan (atau akademik), atau kegiatan sosial, atau hubungan antarpribadi.

•Merasa penarikan dirinya itu sebagai sintonik ego.

•Durasi sedikitnya enam bulan.

•Tidak ada gangguan mental lain yang menyebabkan putus sosial dan penghindaran.

Meski tingkatan fenomena ini bervariasi, bergantung kepada individunya, sejumlah orang bertahan mengisolasi diri selama bertahun-tahun atau bahkan selama berpuluh-puluh tahun. Hikikomori sering bermula dari enggan sekolah (istilah Jepang futōkō (不登校) atau istilah sebelumnya: tōkōkyohi (登校拒否).

Menurut penelitian yang dilakukan NHK untuk acara Fukushi Network, penduduk hikikomori di Jepang pada tahun 2005 mencapai lebih dari 1,6 juta orang. Bila penduduk semi-hikikomori (orang jarang keluar rumah) ikut dihitung, maka semuanya berjumlah lebih dari 3 juta orang. Total perhitungan NHK hampir sama dengan perkiraan Zenkoku Hikikomori KHJ Oya no Kai sebanyak 1.636.000 orang.

Menurut survei Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan, 1,2% penduduk Jepang pernah mengalami hikikomori; 2,4% di antara penduduk berusia 20 tahunan pernah sekali mengalami hikikomori (1 di antara 40). Dibandingkan perempuan, laki-laki hikikomori jumlahnya empat kali lipat. Satu di antara 20 anggota keluarga yang orang tuanya berpendidikan perguruan tinggi pernah mengalami hikikomori. Tidak ada hubungannya antara keluarga berkecukupan atau tidak berkecukupan secara ekonomi:

~ Jumlah laki-laki hikikomori lebih banyak daripada perempuan

~ Kebanyakan berasal dari golongan berusia 20-29 tahun (ada pula kasus dari orang berusia 40 tahunan)

~ Kebanyakan berasal dari orang tua berpendidikan perguruan tinggi.

•~Penyebab Utama

•√Seseorang tak serta merta mengidap Hikikomori. Ada proses panjang yang mengantar mereka sampai ke jurang keterasingan ini. Rata-rata, gejalanya dimulai dengan mendapat masalah di sekolah atau kantor tempat mereka bernaung. Penyebabnya bisa berupa nilai atau kinerja yang jeblok dan tak kunjung membaik. Bisa juga akibat bully yang diterima dari teman atau rekannya secara terus menerus.

Hikikomori sebenarnya bukanlah sebuah penyakit yang dapat menular melainkan gejala gangguan sosial yang menimpa penderitanya. Dukungan moral dari orang terdekat dan keluarga sebenarnya sangat penting untuk mengurangi gejala Hikikomori.

Bersikap lapang dada dan menerima kenyataan dengan ikhlas diiringi dengan terus berjuang mendapatkan yang terbaik adalah cara yang lebih baik. Dibandingkan harus mengurung diri di kamar dan menjauhi kehidupan sosial.

•~Tidak Hanya ada Di Jepang

Dalam sebuah survey, ditemukan bahwa sindrom ini juga ditemukan di negara-negara maju lainnya macam Amerika Serikat, Hong Kong, hingga Spanyol. Dengan rentang usia yang sama beragamnya. Dalam beberapa kasus ekstrem, beberapa orang dengan tingkat intelegensi yang tinggi atau profesi yang mentereng juga ada yang terserang kasus ini.

Dalam laporan Wall Street Journal sendiri tercatat bahwa di Jepang, saat ini terdapat 500 ribu hingga 2 juta orang penderita Hikikomori. Sedangkan, tak diketahui berapa perkiraan jumlah pengidap hikikomori di belahan bumi lainnya. Kalau sudah begini, tak menutup kemungkinan penderita penyakit itu juga ada di negara kita.

•~Kejahatan Karena Hikikomori
Dua tahun pasca diterbitkannya buku karangan Saito dan topik hikikomori mulai menyebar di berbagai media cetak Jepang, muncul kabar seorang remaja berusia 17 tahun yang melakukan kejahatan brutal. Pemuda tersebut membajak sebuah bus dan menusuk beberapa penumpang di dalamnya dengan senjata tajam. Gilanya, rencana tersebut pernah ia paparkan di internet sebelumnya.

Kejadian lain yang tak kalah menggemparkan adalah ketika kepolisian Jepang menemukan seorang gadis yang diculik dan dijadikan tahanan rumah hingga satu dekade lamanya oleh seorang pria yang diduga mengidap hikikomori. Padahal, pria tersebut hidup bersama ibunya.
Meski sangat menakutkan, namun kejadian ini sebetulnya jarang terjadi. Hanya saja, sejak kedua kabar heboh ini muncul ke permukaan, Jepang dan dunia semakin mengenal adanya sebuah fenomena akut nan ganjil bernama hikikomori.

Itulah fakta-fakta hikikomori, semacam gangguan psikologis yang banyak ditemui di Jepang. Untuk mengobati gejala ini, para psikiater sepakat bahwa dokter terbaik bagi mereka adalah mantan hikikomori itu sendiri. Sehingga mereka tahu dan pernah mengalami sendiri betapa menjadi hikikomori adalah sebuah kerugian yang membuat mereka menjauhi indahnya kehidupan dunia.