Benarkah Sains Dibalik Lezatnya Junk Food? Berikut Penjelasannya!




Benarkah Sains Dibalik Lezatnya Junk Food? Berikut Penjelasannya! - Sebagian besar dari kita tahu bahwa Junk Food itu tidaklah sehat. Kita tahu kalau junk food erat kaitannya dengan banyak penyakit seperti, obesitas, kolesterol, hipertensi, penyakit jantung dll.

Tapi kalau kita tahu junk food itu buruk, kenapa kita tetap memakannya?

Kenapa kita tetap menikmati memakan junk food?
 
Steven Witherly adalah seorang ilmuwan di bidang makanan yang sudah menghabiskan 20 tahun terakhir untuk mempelajari "apa yang membuat beberapa makanan lebih adiktif (dan enak) dari yang lainnya."
Menurut Witherly, saat kamu memakan makanan yang enak, ada dua faktor yang membuat pengalaman memakanmu memuaskan.

*Pertama, ada sensasi tertentu saat kamu memakan suatu makanan. Ini termasuk tentang bagaimana rasanya (asin, manis, asam, dll.), seperti apa aromanya, dan  perasaan seperti apa yang kamu rasakan di mulutmu (ini disebut sebagai "orosensation”). Hal terakhir inilah yang bisa menjadi sangat penting. Perusahaan makanan rela menghabiskan jutaan dollar demi menemukan tingkat kerenyahan paling memuaskan di produk keripik kentangnya. Tim ilmuwan mereka akan mengetes komposisi paling pas untuk produk soda mereka. Semua itu dikombinasi untuk menciptakan sensasi yang otakmu kenal terhadap makanan atau minuman tertentu.


*Faktor yang kedua adalah kanduangan nutrisi dari makanan tersebut (campuran protein, lemak, karbohidrat dll.). Dalam kasus junk food, perusahaan makanan akan mencari kombinasi sempurna dari garam, gula, dan lemak yang akan "membangunkan otakmu" sehingga kamu tetap ingin untuk memakannya lagi nantinya.
Begini cara mereka melakukannya..


Bagaimana Sains Menciptakan Hasrat Untuk Memakan Sesuatu

Ada banyak faktor yang digunakan para ilmuwan dan perusahaan makanan untuk membuat makanan semakin adiktif (dan enak), diantaranya:


Perbedaan yang kontras

Maksudnya adalah sebuah kombinasi dari sensasi yang berbeda pada satu makanan. Kata Witherly, makanan yang seperti ini adalah makanan yang memiliki cangkang renyah dan diikuti sesuatu yang lembut dan penuh rasa. Aturan ini diterapkan ke struktur makanan favorit kita, seperti Pizza, atau biskuit Oreo.

Otak kita merasakan sensasi menarik sekaligus menegangkan ketika kita memakan sesuatu yang seperti ini.


Respon Air Liur

Keluarnya air liur adalah bagian dari pengalaman kita saat memakan sesuatu, dan semakin banyak air liur yang keluar saat memakan suatu makanan, semakin mudah makanan tersebut tesebar dalam mulutmu dan menutupi seluruh lidahmu. Contohnya, pada makanan seperti coklat, es krim, mayonnaise yang memicu respon air liur sehingga membantu lidahmu merasakan sesuatu yang lezat.

Ini adalah alasan kenapa banyak orang menikmati makanan yang terdapat saus dalam penyajiannya.
Hasilnya adalah makanan yang memicu respon air liur akan memiliki rasa yang lebih baik dan membuat otakmu lebih menikmati makanan tersebut daripada yang tidak.


Makanan yang cepat meleleh dan menghilangkan kandungan kalori
Makanan yang menghilang dengan cepat atau "meleleh di mulutmu" akan memberi sinyal ke otakmu bahwa kamu belum memakan sebanyak itu. Dengan kata lain, makanan seperti ini akan memberitahu otakmu bahwa kamu belum kenyang, meski sebenarnya kamu sudah memakan banyak sekali kalori.

Dan hasilnya, kamu cenderung makan secara berlebihan.

Kata Witherly, "Ini yang dinamakan menghilangkan kandungan kalori, jika makanan meleleh dengan cepat, otakmu akan mengira makanan itu tidak ada kalorinya... jadi kamu bisa terus memakannya selamanya."


Respon Sensor Secara Spesifik

Otak kita menyukai keberagaman. Dalam hal makanan, jika kamu memakan sesuatu yang rasanya sama berkali-kali, maka kamu akan semakin kehilangan kenikmatan saat memakan makanan itu. Dengan kata lain, sensitivitas dari sensor yang spesifik tersebut akan semakin menurun seiring waktu.
Ini bisa terjadu dalam hitungan menit.

Sementara, junk food didesain untuk menghindari penurunan sensitivitas sensor ini. Junk food menyediakan rasa yang pas (cukup) sehingga menjadikannya tetap menarik (otakmu tidak lelah saat memakannya), dan juga tidak menstimulasikan respon sensor sampai rusak hingga kenikmatan saat memakannya menjadi menurun.

Inilah alasan kenapa kamu bisa memakan semua isi keripik kentang dan masih tetap siap untuk memakan satu bungkus lagi. Bagi otakmu, kerenyahan dan sensasi saat memakan keripik kentang selalu menarik setiap waktu.


Kandungan Kalori

Junk food didesain untuk meyakinkan bahwa otakmu mendapat nutrisi, tapi tidak membuatmu kenyang. Reseptor di mulutmu dan lambungmu memberitahu otakmu tentang campuran protein, lemak, karbohidrat di makanan tertentu, dan seberapa mengenyangkannaya makanan itu bagi tubuhmu. Junk food memberikan kalori yang pas (cukup) hingga otakmu berkata, "Ya, ini akan memberimu energi" tapi juga tidak terlalu banyak hingga otakmu berpikir "Cukup, Aku sudah kenyang."

Hasilnya adalah kamu akan sangat menginginkan makanan itu di awalnya, tapi juga akan memerlukan beberapa waktu untuk merasa kenyang oleh makanan itu.



Memori Tentang Pengalaman Memakan Sesuatu

Ini adalah saat dimana psychobiology dari junk food sangat bekerja terhadapmu. Saat kamu memakan sesuatu yang lezat (katakanlah, sebungkus keripik kentang), otakmu akan mengingat perasaan itu. Dan saat kamu melihat makanan itu, atau mencium aroma makanan itu, atau bahkan membaca sesuatu tentang makanan itu, otakmu mulai memicu memori dan respon yang muncul ketika kamu memakan makanan itu.

Memori ini bisa memicu respon fisik seperti "kebanjiran" air liur saat kamu memikirkan makanan favoritmu.

Begitulah kira-kira sedikit sisi sains dibalik industri junk food yang saat ini, sudah sangat menjamur di dunia tempat kita tinggal ini.

Semoga bisa sedikit menambah pengetahuan.

Sekian...

Source:
https://jamesclear.com/junk-food-science