AMIR HAMZAH: NYANYI SUNYI DALAM REVOLUSI




AMIR HAMZAH: NYANYI SUNYI DALAM REVOLUSI - Adakah yang belum mendengar tentang Amir Hamzah?

Banyak yang tahu bahwa Amir Hamzah adalah adalah salah satu penyair pujangga baru. Dia juga aktif dalam pergerakan nasional, dia adalah satu dari sekian orang yang turut merumuskan sumpah pemuda di tahun 1928. Karenanya penyuka sejarah akan tahu kalau Amir Hamzah juga tercatat sebagai Pahlawan Nasional.

Kita tahu, Amir Hamzah sesungguhnya adalah bangsawan melayu dari Kesultanan Langkat. Hanya dia tidak pernah menuliskan gelarnya disetiap karyanya.

Tapi adakah yang belum mendengar tentang tragedi kematiannya?

Awal 1946, revolusi sosial di Indonesia mulai berkobar dengan berbagai pertempuran di Jawa. Republik Indonesia yang baru didirikan dalam keadaan tidak stabil.

Di Sumatra terjadi gerakan yang kerap disebut Revolusi Sumatra Timur yang menentang Kesultanan dan Kerajaan Melayu yang mencapai puncaknya pada 1946. Revolusi ini digerakkan oleh kaum Komunis yang hendak menghapuskan sistem Kerajaan dengan alasan anti feodalisme.

Revolusi melibatkan mobilisasi orang secara terorganisir yang berujung pada pembunuhan Sultan, anggota keluarga kesultanan dan Kerajaan Melayu, golongan menengah pro-Republik dan pimpinan lokal administrasi Republik Indonesia

Sekitar pukul empat pagi tanggal 4 Maret, Laskar Rakyat menyerbu Istana Sultan (Istana Tanjung Pura) dan menurunkan bendera kerajaan yang berwarna kuning dan menggantikannya dengan Sang Dwi Warna. Istana diobrak-abrik. Lemari pakaian sultan yang panjangnya hampir sepuluh meter diobrak-abrik oleh laskar dan masing-masing mengganti celana "goni" mereka dengan salah satu pakaian sultan.

Amir Hamzah awalnya ditahan di sebuah rumah bekas tahanan Kempeitai di tepi Sungai Mencirim, Binjai. Para bangsawan ini pakaiannya diganti dengan goni, lalu disiksa. 13 hari kemudian, satu persatu mereka dipancung. Tubuh tanpa kepala itu satu persatu jatuh ke lubang yang sebelumnya digali sendiri oleh mereka.

Sebelum dieksekusi, Amir Hamzah memohon dua permintaan terakhir. Pertama, ia meminta tutup matanya dibuka, ia ingin menghadapi ajal dengan mata terbuka. Kedua, dia meminta waktu untuk sholat.

Usai sholat, sang pujangga pun menemui ajalnya. Ia pergi menghadap Allah dalam usia 35 tahun dengan kepala terputus dari badan.

Dalam peristiwa itu, tak kurang Istana Asahan dan Istana Koealoe dirampok. Di Langkat, Karo, Simalungun, Bilah, dan Kota Pinang. Deli dan Serdang juga mengalami penyerangan. Keluarga, kerabat, dan petinggi kesultanan-kesultanan Melayu Islam ini dibunuh, harta benda mereka dirampas sampai habis. Di Langkat, kedua putri Sultan Mahmoed diperkosa. Di Simalungun, pembunuhan dan perampasan harta juga terjadi.

Malam itu, 20 maret 1946, Amir Hamzah gugur ditangan bangsa yang selama ini dibelanya. Kematiannya bagai menggenapkan salah satu puisinya: "Datanglah engkau wahai maut. Lepaskan aku dari nestapa.... "