Sudah Beli 'CR7', Tapi Juventus Masih Saja Gagal di UCL? Apa Alasannya Mereka Gagal? - Hallo teman! pada artikel ini ane pengen ngobrol santai dengan topik sepak bola eropa dengan ajang yangg bergengsi yaitu UCL yg sebelumnya di pending karena pandemi covid-19 yg melanda dunia yg tentunya berimbas juga pada industri sepak bola.
Bagi ane sendiri ajang UCL sangat menarik untuk di lihat karena di penuhi dengan "kejutan" sekaligus "lawakan" bagi tim tim yg memperebutkan trofi si kuping besar tersebut termasuk lawakan "badut eropa" bagi klub Juventus.
Sangat di sayangkan memang untuk tim sekelas Juventus yg merupakan Raksasa sepakbola asal italia dengan rekor prestasi scudeto yg terbilang luar biasa, sayangnya prestasi tersebut berbanding terbalik dengan kiprah klub tersebut di benua eropa.
Alih - alih jadi kekuatan besar justru Juventus selalu konsisten memberikan berbagai lawakan yg menjadi bahan perbincangan dan hiburan bagi penggemar sepak bola.
Ya bagaimana tidak? klub sebesar itu justru di obok obok jika memasuki zona eropa. kok bisa sih? mari kita diskusikan
1. Di Italia Klub Kaya Raya Masih Terbilang Sedikit
Jika kita perhatikan di Italia klub dengan kekuatan finansial besar ya hanya Juventus, Inter? Mungkin sekedar pelengkap hal ini berbeda telak dengan liga inggris, dan spanyol yg bnyk memiliki klub kaya seperti City, MU, Chelsea,Tottenham, Real madrid, Atm, Barca. dkk.
Dari sinilah perbedaan kekuatan finansial membuat Juventus di italia sulit memiliki lawan tangguh di kompetisi tersebut.
2. Di Kompetisi Lokal Juve Sering di Untung-kan Wasit (keberuntungan)
Sebelum adanya penggunaan Var,Juventus sering kali di untungkan keputusan wasit sehingga tak mengherankan jikalau Juventus mudah dalam mendapatkan trofi domestik sedangkan sangat kesulitan dalam meraih trofi internasional mengingat "standar" wasit di kompetisi lokal dan kompetisi Eropa sangat jelas berbeda.
3.Taktik Juventus Tidak Berhasil di Level Eropa
Kompetisi liga italia (Serie-A) terbilang cukup berbeda dengan liga italia, spanyol dan inggris, hal ini di karenakan bahwa klub serie-A lebih menekankan pola permainan defensif/bertahan(pragmatis).
sayangnya pola permainan berjenis ini sudah ketinggalan untuk era sekarang yg menekankan sepakbola aktif, apalagi untuk level eropa "sudah banyak racikan strategi" untuk membongkar pola permainan defensif, contohnya taktik masimilano allegri yg membawa Juve ke final dan semuanya berakhir kekalahan melawan tim dengan pola permainan aktif.
Lalu bagaimana dengan intermilan era mourinho yang meraih treble winner? mari kita bahas lagi, mourinho menjuarai kompetisi lokal + Ucl di era di mana sepakbola defensif masih sulit di bongkar, hal ini berbeda dengan era sekarang.
Nah apa seterusnya Juventus bakal terus-terusan menjadi badut di UCL?