Parasosial, Sebuah Hubungan Halu Dengan Idola - Beberapa tahun yang lalu gue sempet nonton salah satu drama korea yang judulnya “My Girlfriend Is a Gumiho.”
Walau pun drama ini adalah drama korea yang pertama dan terakhir kali gue tonton, tapi gue ngerasa bahwa drama ini relate banget sama hidup hidup gue di masa itu, bahkan sampai berhasil bikin gue ngerasa bahagia, ketawa, bahkan sedih berhari-hari saat drama ini end, karena gue ngerasa kalo gue punya hubungan yang dekat dengan mereka dan sangat mengenal mereka, dan bagi gue, mana ada sih orang normal yang gak sedih saat orang terdekatnya pergi.
Akhirnya gue pun penasaran, kenapa sih gue bisa ngerasain berbagai macam perasaan, dengan cuma nonton sebuah drama yang orang-orangnya gue gak kenal secara pribadi, dan mereka pun gak kenal sama gue, bahkan mereka gak tau kalo gue ada dan hidup di bumi yang sama dengan mereka.
Bagi gue ini bener-bener suatu hal yang nggak logis. Nah, akhirnya pertanyaan gue kejawab dengan sebuah teori psikologi yang dinamakan hubungan parasosial.
Istilah parasosial diperkenalkan sosiolog asal University of Chicago Donald Horton dan Richard Wohl pada 1950-an. Pada 1956, mereka menerbitkan artikel “Mass Communication and Para-Social Interaction: Observations on Intimacy at a distance” di Jurnal Psychiatry.
Horton dan Wohl mendefinisikan parasosial sebagai hubungan dekat dengan tokoh media saat menonton acara televisi atau mendengarkan siaran radio.
Hubungan parasosial akan terjadi saat seseorang melakukan proses konsumsi berbagai konten yang berhubungan dengan si idol, secara berulang sampai akhirnya merasa terhubung dengan si artis idola, bahkan dengan seorang karakter fiksi sekalipun.
Hubungan Parasosial ini biasanya dicirikan dengan 3 hal:
> Adanya interaksi dengan sosok idola secara satu arah
Hal ini biasanya ini terjadi setelah seseorang meng-ekspos dirinya berulang kali dengan si sosok ini. Dalam konteks dengan seorang idola, tentunya ini dimulai ketika seseorang menonton video sang idola, memfollow akun media sosial si idola, men-stalkingnya dan juga membaca biografinya.
Lalu hal ini dilakukan secara berulang kali, sampai akhirnya dia merasa familiar dengan si idola dan merasa mengetahui segala sesuatu tentang idolanya, seperti apa hobinya, makanan kesukaannya, warna favoritnya, dan lain-lain yang berhubungan dengan kehidupan pribadi si idola.
> Keberadaan/persona yang seseorang ajak untuk berinteraksi
Saat seseorang secara berulang kali ter-ekspos dengan si persona, dalam hal ini si artis idola, maka tanpa disadari, otak seseorang tersebut akan otomatis membuat sebuah hubungan antara dirinya dengan si persona. Nah hubungan kita dengan si persona ini juga bisa terbentuk saat si persona dengan sadar mencoba membuat hubungan parasosial itu, dengan cara memposting foto dirinya atau membagikan pemikiran dan perasaan pribadi mereka, pada fans melalui akun sosial media mereka, atau media lainnya.
> Adanya media yang menjadi perantara antara seseorang dengan si pesona
Media ini bisa berupa berbagai macam, dimulai dari televisi dan radio, seperti kata Horton dan Wohl. sampai media yang lebih modern, seperti youtube, instagram, facebook, twitter, dan podcast.
Jadi kalo kita simpulkan dengan contoh drama my girlfriend is a gumiho, hubungan parasosial ini bisa banget terbentuk saat gue nonton drama ini dan menciptakan sebuah interaksi.
Bentuk interaksinya juga bisa berbagai macam dan bisa berbeda pada setiap orang, contohnya sesimple saat gue ketawa ngeliat si miho yang terus-terusan ngancem bakal makan si daewung atau saat gue sedih karena ngeliat si miho yang gagal menjadi manusia dan akan hilang saat semua ekornya habis.
Agar kita tetap hidup secara logis dan realistis, perlu diingat bahwa sejatinya mereka dan kita sama sekali nggak berada dalam hubungan yang dekat, apalagi bentuk interaksinya hanyalah satu arah.
Hubungan yang kita alami esensinya tetap hanyalah hubungan ilusi yang difasilitasi oleh media. Tapi meskipun hubungannya hanyalah kehaluan belaka, tapi perasaan yang dirasakan itu adalah nyata dan benar ada, oleh sebab itulah beberapa fans ada yang menjadi sangat fanatik dengan idolanya.
Secara pribadi, bagi gue nggak ada masalah dengan menjadi fans dari seorang tokoh dan ingin dekat dengan mereka, karena manusia adalah makhluk sosial yang selalu memiliki keinginan untuk mengenal manusia lainnya walaupun berbeda dimensi sekalipun. Harapan dari tulisan ini, cuma supaya kita lebih bisa sadar betapa pentingnya membedakan mana realita dan mana yang fiksi agar tidak terlalu lama terjebak dalam perasaan yang sia-sia seperti gue tadi.
Referensi:
https;//youtu,be/zdogUAC5zSY
https;//www,alinea,id/gaya-hidup/parasosial-hubungan-ilusif-dengan-idola-b1XcM9irw
https;//intisari,grid.,d/read/0331612/interaksi-parasosial-saat-kita-merasa-sangat-dekat-dan-menjalin-hubungan-dengan-idola?page=all