Mengapa Prestasi Tenis Meja Indonesia Menurun?

 


Mengapa Prestasi Tenis Meja Indonesia Menurun?  - Belakangan ini prestasi tenis meja Indonesia terlihat kurang memuaskan. Di kelas Asia Tenggara sekalipun, petenis meja Indonesia masih di bawah Singapura, Vietnam, dan Thailand. Padahal di masa lampau, Indonesia sempat memiliki pemain-pemain yang hebat. Di tahun 1970-an ada Sugeng Utomo yang pernah masuk peringkat 16 besar dunia, begitu juga di kelompok putri ada Beatrix Pieters. 

Pada tahun 1990-an tim tenis meja Indonesia bahkan sempat menyapu bersih tujuh medali emas SEA Games melalui Rossy Pratiwi Dipoyanti dan kawan-kawan. Dominasi itu mulai berhenti semenjak Singapura melakukan naturalisasi petenis meja China sebagai warga negaranya ditambah negara ASEAN lainnya yang terus berusaha meningkatkan kemampuan petenis mejanya.

Salah satu alasan tenis meja Indonesia bisa berprestasi adalah karena adanya Perkumpulan Tenis Meja (PTM) Surya Gudang Garam, Kediri. PTM Surya yang awalnya hanya mendominasi kejuaraan di Indonesia, mulai melangkah lebih jauh dengan melakukan pembinaan atlet. Mereka mengumpulkan pemain-pemain muda berbakat dari berbagai daerah, mendatangkan pelatih-pelatih dari luar negeri, serta mengirim para atlet asuhannya ke kejuaraan internasional guna memperbanyak jam terbang.

Langkah PTM Surya tersebut membuahkan hasil yang manis. PTM Surya dapat mencetak pemain hebat seperti Rossy Sjech Abu Bakar, petenis meja putri yang sempat mendapat 12 medali emas dari SEA Games 1987 sampai 1995. Sedangkan di sektor putra, PTM Surya memiliki Bambang Sudarto, Edi Sutomo, serta Toni Santoso yang prestasinya tak kalah baik. Bahkan, atlet-atlet binaan PTM Surya menjadi penyumbang terbesar saat Indonesia berhasil menyapu bersih medali emas pada ajang SEA Games 1993.

Namun, langkah PTM Surya harus berhenti pada Oktober 2008. Menurut Antara, kebijakan ini dikarenakan berhentinya kucuran dana yang diberi Gudang Garam kepada klub. Juni Styawati yang saat itu menjadi pemimpin baru Gudang Garam memutuskan untuk mengurangi pengeluaran perusahaan.

Hal ini menjadi awal menurunnya prestasi tenis meja Indonesia di kelas internasional. Pada beberapa edisi SEA Games, torehan medali indonesia mengalami penurunan. Bahkan tim tenis meja Indonesia gagal total pada ajang SEA Games 2009.

Sayangnya, alih-alih memperbaiki keadaan, Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia (PTMSI) malah membuat kisruh keadaan. Ketika tenis meja memerlukan wadah baru untuk melakukan pembinaan, para petinggi PTMSI malah berselisih hingga munculnya dualisme kepengurusan.

Menurut kalian, apa yang harus dilakukan untuk mengembalikan kejayaan tenis meja Indonesia?