Ketika Kamu Sudah Ditinggal Pergi Sedari Kecil

 


Ketika Kamu Sudah Ditinggal Pergi Sedari Kecil  - "Kak, Mamak sama Bapak ke mana?" tanya seorang bocah kecil kepada kakaknya.

"Jalan-jalan ke surga," jawab sang kakak.

"Surga itu di mana, Kak? Kenapa mereka lama sekali di sana? Tak rindukah mereka dengan kita?" Bocah kecil itu memberikan pertanyaan bertubi-tubi kepada kakaknya. Sang kakak pun hanya bisa menghela napas.

Ditinggal pergi oleh orang tua sedari kecil adalah sebuah kesedihan yang mendalam, baik karena sudah berbeda alam atau ditinggal pergi entah ke mana. Masih teringat kala itu, saat saya duduk di bangku Sekolah Dasar, ada teman saya yang setiap diganggu atau diejek oleh orang lain, dia selalu menangis sambil menyebut namanya ibunya, padahal ibunya sudah tidak ada. Ketika yang lain diganggu atau diejek, maka mereka akan mengadu dan ada yang membela, yaitu orang tuanya. Namun, itu tak berlaku untuk teman saya yang ini, dia  hanya akan berhenti menangis saat sudah kelelahan.

Tidak ada seorang anak yang ingin hal ini menimpah mereka. Mungkin, bisa dibilang ini adalah ketidakadilan. Setiap anak ingin dirinya tumbuh dengan kasih sayang orang tuanya, diantar jemput oleh orang tuanya, tertawa bersama, jalan-jalan bersama, ada yang membelah saat terusik, dan merasakan dekapan hangat.

Seorang anak yang ditinggal pergi oleh orang tuanya cenderung memiliki kepercayaan yang rendah, baik kepada dirinya sendiri maupun orang lain, terlebih lagi jika ditinggal pergi oleh ibunya. Tak hanya itu, anak yang terabaikan juga kerap merasa dirinya tak berharga. Bayangkan saja jika peganganmu sudah tak ada.

Kehilangan sosok terdekat untuk selama-lamanya tentu saja menyisakan luka batin. Gejala depresi juga rentan terjadi apabila sang anak terlalu lama berduka dan tidak menemukan jalan keluar untuk menghentikan kesedihannya. Menarik diri dari lingkungan,  mengalami penurunan dalam melakukan segala hal, dan tampak tak ada gairah kehidupan.

Teruntuk kamu merasakan hal ini, jangan sampai kamu melampiaskan rasa sakitmu dengan melakukan tindakan b*d**, atau terjun ke dalam pergaulan yang salah. Banyak yang sayang sama kamu. Lihatlah, masih ada orang yang mendekat denganmu, masih ada yang peduli denganmu walau mungkin kehadirannya tak cukup menghilangkan rasa sedih di hatimu dan membuat keadaan baik-baik saja. 

Tundukkan sedikit kepalamu, lihatlah ke bawah. Kamu masih bisa makan dan minum, bersekolah, bisa jajan macam-macam itu adalah nikmat Tuhan yang patut kamu syukuri.

Di luaran sana banyak orang yang hidupnya lebih tragis, sudah tak ada orang tua, tak punya apa-apa pula. Berjalan dengan bert*l*nj*n* kaki, menyusuri pinggiran jalan untuk sesuap nasi.

Kamu hebat! Kamu bisa bertahan, bahkan kamu mampu membuat orang-orang iri atas keberhasilan yang kamu capai. Kamu bisa tertawa walau luka di hatimu belum sirna, kamu tetap berdiri walau berkali-kali terjatuh, kamu mencoba selalu untuk tangguh walau hatimu sangat rapuh, kamu bisa menyemangati dirimu sendiri, dan bersabar di waktu yang tak sebentar. 

Terimalah kenyataan. Sudahi sedihnya, ya! Air matamu yang tumpah hanya akan menjadi sia-sia.