Sudah Pantaskah Generasi Alfa Menggunakan Teknologi?

 


Sudah Pantaskah Generasi Alfa Menggunakan Teknologi? - Sering kali kita menjumpai anak-anak usia dini sudah lihai dan asyik memainkan gawai sebagai keseruannya. Seakan-akan gawai sudah menjadi kebutuhan pokok untuk anak-anak zaman sekarang, menggantikan mainan-mainan yang dahulu menghiasi masa kecil para generasi Z, seperti balon tiup, kelereng, bola sepak maupun layang-layang.

Generasi Alfa sendiri merupakan generasi pertama yang lahir di era teknologi digital. Mereka terlahir dari rentan tahun 2010-2025. Anak-anak dari generasi Millenial dan adik dari generasi Z ini adalah generasi yang paling transformatif. Hal ini disebabkan oleh perkembangan teknologi yang begitu masif. Mereka digadang-gadang merupakan generasi terpintar yang akan membawa perubahan besar pada kehidupan serta perputaran ekonomi dunia.

Kebebasan akses teknologi, berupa gawai yang diberikan kebanyakan orang tua terhadap anaknya, memberikan dua sisi dampak pada tumbuh kembang kepribadian maupun pola pikir anak tersebut. Menurut Dr. Yetty Ramli, Sp.S. (Dokter Spesialis Saraf Anak Departemen Neurologi RSCM) pada sebuah seminar online yang diselenggarakan oleh Siberkreasi bersama Direktorat Sekolah Dasar Kemendikbud, mengatakan bahwa anak-anak pada usia dini yang terpapar oleh gawai secara berlebihan menunjukkan adanya perubahan struktur otak serta gangguan lain, seperti mengurangnya tingkat daya ingat serta daya tangkap, memori, tutur bahasa, dan kemampuan sensorik maupun motorik.

Selain itu, efek samping lain dari jangka panjang penggunaan gawai juga ada, yaitu akan adanya adiksi atau kecanduan, mata kering, nyeri leher, susah tidur, sakit kepala, menurunnya nafsu makan dan mental si anak, baik dari faktor psikologis maupun ketidakstabilan emosi.

Di sisi lain, dampak positif dari percepatan transformasi digital terhadap generasi Alfa adalah terbentuknya rasa sosialisasi yang tinggi, terbuka dan kritis akan hal baru, dan cepat beradaptasi terhadap perkembangan teknologi. Di masa pandemi seperti sekarang ini, para orang tua pun dituntut untuk senantiasa memberikan pengawasan dan batasan akan penggunaan gawai untuk menghindari dampak negatif jangka panjang maupun pendek seperti yang tertera sebelumnya.

Orang tua dari generasi Alfa ini mempunyai peran dan misi yang begitu besar. Sebagai orang tua mereka harus berusaha memberikan latihan yang dapat membangun sistem motorik, baik motorik halus, kognitif, bahasa, dan sosial emosional. Generasi Alfa yang sudah terbiasa dengan perkembangan teknologi, khususnya teknologi informasi dan komunikasi, mereka akan menjadikan teknologi ini sebagai bagian dari eksistensi diri. Generasi Alfa ini merupakan generasi yang mempunyai kemampuan begitu cepat dalam beradaptasi dan terbuka untuk akan perubahan, begitupun dalam sebuah pembelajaran. Sehingga, orang tua perlu menggunakan metode analogi sederhana atau contoh yang konkret untuk menjelaskan. Contoh tersebut harus dapat didengar, disentuh, dilihat atau dirasakan oleh panca inderanya. Sebagai orang tua, pun kita dituntut untuk teliti akan minat dan bakat mereka, terutama minat dan bakat dalam dunia digital.

Karena kedepannya, generasi Alfa akan berhadapan depan hasil revolusi industri yang kita alami sekarang. Hasil dari perkembangan teknologi menciptakan adanya jenis lapangan pekerjaan baru yang sebelumnya belum ada atau kurang familiar. Banyak anak-anak zaman sekarang sudah mulai mempelajari kemampuan dan ilmu dalam bidang robotika, pemrograman, pemasaran media sosial, analisis data, serta pengembangan aplikasi.