Sejarah Tentang Asal-Usul Kabbalah yang Mengerikan! - "Hidup saya berjalan sangat indah karena saya benar-benar mendalami ajaran Kabbalah."
(Ariana Grande, Penyanyi R&B Amerika Serikat, 2013).
Masih ingat film The Passion of The Christdi tahun 2004? Film karya sutradara Mel Gibson dan dibintangi oleh Jim Caviziel yang berperan sebagai Yesus ini mengisahkan tentang bagaimana para pendeta Yahudi yang mengejar-ngejar, mengejek, mengadili Yesus, dan menghasut Raja Romawi Herodes agar menghukum mati Yesus di tiang salib. Keberhasilan tentara Herodes dan para pendeta Yahudi menangkap Yesus ini disebabkan oleh pengkhianatan salah seorang murid Yesus bernama Yudas Iskariot, yang juga seorang Yahudi. Ternyata kaum Yahudi yang diceritakan dalam film itu, seperti Yudas Iskariot, Keyafas (imam besar Yahudi yang mengadili Yesus sebelum disalib), dan para pendeta Yahudi yang menolak ajaran Yesus tentang Ketuhanan Yang Maha Esa (Ulangan 6:4 dan Markus 12:29) diyakini merupakan kelompok Yahudi-Sanhedrin, yaitu kelompok Yahudi yang mewarisi dan menjaga kelestarian ajaran Qabala atau Kabbalah.
Qabala/Cabala/Cabal/Kabbala/Kabbalah/Qabal merupakan okultisme (ajaran ilmu sihir) atau ajaran kebatinan rahasia Yahudi tertua dan paling dihormati. Kabbalah berasal dari bahasa Ibrani ‘Qibil’ yang berarti ‘yang dituturkan’. Maksudnya adalah bahwa pada ribuan tahun lampau, ajaran Kabbalah tidak memiliki catatan tertulis. Pada awalnya ajaran sihir ini diwariskan turun temurun secara lisan melalui bisikan-bisikan (dari mulut ke kuping) para pendeta Yahudi kepada murid-muridnya. Paham ini mengajarkan penyembahan bukan kepada Tuhan. Berdasarkan penelusuran beberapa peneliti, usia kepercayaan Kabbalah ini sudah sangat tua, yaitu sekitar 4000 tahun. Meskipun diperkirakan ajaran Kabbalah pertama kali terbentuk selama masa pembuangan suku-suku Bani Israil ke Babilonia (pada masa dinasti Ur ke-3 antara tahun 2112-2004 Sebelum Masehi), namun belum ada temuan artefak atau makam yang membuktikan hal itu hingga sekarang. Kemudian pada jaman Mesir Kuno pun demikian.
Mesir Kuno diakui meninggalkan catatan sejarah sangat lengkap perihal budaya dan peradaban mereka melalui berbagai penemuan artefak dan makam. Hanya saja, sampai dengan hari ini, belum ada sepotong artefak pun yang menunjukkan tentang keberadaan Bani Israil alias kaum Yahudi ketika mereka hidup berdampingan dengan penduduk Mesir. Dengan kata lain, belum ada temuan artefak yang menggambarkan tentang kehidupan kaum Yahudi di Mesir pada jaman sebelum kelahiran Nabi Musa Alaihisalam (Moses/Moshe/Mosche). Sejarah mulai mencatat eksistensi Yahudi adalah ketika kedatangan Nabi Musa Alaihisalam ke Mesir, eksodus Yahudi-Mesir ke Kanaan alias Palestina, peristiwa penerimaan firman Tuhan oleh Nabi Musa Alaihisalam di puncak Gunung Sinai, dan peristiwa pembuatan patung anak lembu emas (golden calf) oleh seorang Yahudi (anggota rombongan eksodus Yahudi-Mesir ke Palestina) di kaki Gunung Sinai untuk dijadikan berhala sembahan. Orang Yahudi pembuat patung anak lembu emas tersebut diyakini merupakan seorang Yahudi-Sanhedrin pewaris ajaran Kabbalah. Empat kepingan sejarah ini terjadi pada sekitar abad 12 Sebelum Masehi.
Baru setelah masa penjajahan Romawi berakhir di Palestina, para pendeta tinggi Kabbalah memutuskan untuk membukukan ajaran kebatinan tersebut. Tugas “agung” ini diserahkan kepada dua orang, yaitu: Rabi Akiva Ben Josef (kala itu menjabat sebagai Ketua Majelis Tinggi Rabi Yahudi-Sanhedrin) beserta murid terbaiknya Rabi Shimon Bar-Yochai. Dari hasil kerja dua orang Yahudi-Sanhedrin itu lahirlah dua buah kitab: Sefer Yetzerah atau Yesirah (The Book of Creation) dan Sefer Zohar (The Book of Radiance). Para Yahudi-Sanhedrin meyakini bahwa dua kitab ini disusun pada tahun 100 Masehi.
Pada tahun 1887, seorang freemason sekaligus ahli teosufi dari Inggris bernama William Wynn Westcott berhasil menerjemahkan Sefer Yetzerah/Sepher Yetzirah/Sepher Yezirah dari bahasa Ibrani ke bahasa Inggris, dan diberi judul The Book of Creation. Kitab ini terdiri dari 6 bab yang intinya menawarkan 32 jalan menuju kebijaksanaan bagi manusia dalam memahami sang pencipta dan ciptaannya. Contoh ajaran Kabbalah dalam Sefer Yetzerah adalah sebagai berikut: In two and thirty most occult and wonderful paths of wisdom did JAH the Lord of Hosts engrave his name: God of the armies of Israel, ever-living God, merciful and gracious, sublime, dwelling on high, who inhabiteth eternity. He created this universe by three Sepharim, Number, Writing, and Speech. Maka tidak berlebihan jika seorang pendeta Nasrani di tahun 1800-an bernama Ischidor Kalisch menyebut Sepher Yezirah sebagai the jewish metaphysics of remote antiquity (ajaran metafisika Yahudi jaman purbakala).
Yahudi-Kabbalah meyakini bahwa Sefer Zohar atau Sepher Zohar adalah kitab tentang kekuatan mistis dan kebijaksanaan. Kitab ini mengajarkan tentang energi spiritual atau kekuatan metafisika bagi proses pemurnian jiwa manusia menuju tingkatan puncak: “Seperti Tuhan”. Dalam Zohar, bagian Nasso 90 tertulis: By virtue of Rabbi Shimon’s composition, The Book of Zohar, from the Supernal Force that brings all things back to the Creator, at the end of days, the children of Israel will taste from the Tree of Life, which is The Book of Zohar; and they will be redeemed from exile by the Creator’s mercy. Selain itu, Kitab Zohar pun membicarakan tentang reinkarnasi, Taurat dan Nabi Musa Alaihisalam. Contoh ajaran reinkarnasi dalam kitab Zohar: Rabbi Isaac Luria (The Holy ARI) wrote that his soul was a return of the soul of Rabbi Shimon, and the soul of Rabbi Shimon was a return of the soul of Moshe.
Kemudian pada akhir abad ke-12, di Eropa (tepatnya di Perancis wilayah selatan) muncul kitab ketiga ajaran Kabbalah, yaitu: Sefer Bahir atau Sepher Ha-Bahir. Salah satu ajaran dalam Sepher Ha-Bahir atau The Book of Illumination ini adalah sebagai berikut: Rabbi Nehumiah ben HaKana said: One verse (Job 37:21) states, “And now they do not see the light, it is briliant (Bahir) in the skies... [round about God in terible majesty].” It is written (Psalm 139:12), “Even darkness is not dark to you. Night shines like day – light and darkness are the same. Dalam kitab ini juga terdapat ajaran tentang reinkarnasi: the souls of every new generation are those of the older, departing one. Oleh sebab itu, logis jika Michael Laitman menyatakan: Kabbalah studies the structure of the spiritual worlds. The purpose of these worlds is to weaken the Creator’s signals (desires) so that we could understand them with our egoism and realize them with our mind. Dari pernyataan Laitman ini bisa dipahami bahwa Kabbalah merupakan warisan sejarah yang mengajarkan tentang anthromorphism, okultisme, mistisisme, reinkarnasi, dunia arwah, dan kebatinan.
Semua kitab ajaran Kabbalah ditulis dalam bahasa Ibrani berdialek Aramaic. Kitab-kitab ini telah diterjemahkan ke dalam aneka bahasa negara-negara Eropa dari sejak abad pertengahan (awal proses penerjemahannya bersamaan dengan dimulainya Knights of Templar mendiami Perancis di wilayah seputar Rennes Le-Chateau, Rennes Le Bans, Lyons, dan Marseilles).
Para peneliti tentang komunitas rahasia atau secret societysepakat jika Kabbalah yang merupakan olah kebatinan okultisme kuno Yahudi jaman Pra-Nabi Musa Alaihisalam ini adalah ajaran yang telah melahirkan pusat-pusat peradaban manusia. Mulai dari Babylonia saat Namrudz alias Nimrod berkuasa, di Mesir Kuno ketika Fir’aun memerintah (para Yahudi-Sanhedrin penganut Kabbalah berada di istana sebagai pembisik Fir’aun dan dikenal sebagai para pendeta Amon), sampai dengan terusirnya para Yahudi-Sanhedrin ini dari Palestina, dan tiba di Eropa, salah satunya di wilayah Perancis Selatan. Yahudi-Sanhedrin yang mengungsi ke Perancis selatan ini menetap di Languedoc (berada di wilayah barat kota Provence), sehingga mereka disebut juga The Jews of Languedoc. Dari Languedoc, ajaran Kabbalah mulai menyebar ke wilayah lain di Perancis, seperti Lunel, Narbonne, Posquieres, Toulouse, Marseilles, Montpellier, Beziers, Perpignan, Carcassone, dan Aries-Espenan. Menarikya, penyebaran ajaran Kabbalah ini juga dibarengi dengan tumbuh suburnya minat mempelajari Taurat dan Talmud di wilayah Perancis tersebut. Catatan sejarah eksistensi Yahudi-Sanhedrin di Perancis selatan ini adalah mulai dari tahun 1100-an sampai dengan tahun 1200-an. Yahudi-Sanhedrin di Perancis pertama yang tercatat dalam sejarah adalah keluarga Rabi Abraham Ben David alias Rabad yang menetap di Languedoc. Kemudian ada juga Rabi Abraham Ben Isaac di Narbonne yang dikenal di Perancis sebelah selatan dengan sebutan President of Rabbinic Court. Dari Perancislah bermulanya penyebaran ajaran Kabbalah ke seluruh penjuru benua Eropa, benua Amerika, benua Afrika, dan benua Asia.
Hingga kini, ajaran Kabbalah masih tetap ada dan mampu bertahan mengikuti perkembangan jaman. Bahkan Boaz Huss (seorang dosen di Goren-Goldstein Department of Jewish Thought di Ben-Gurion University, Israel) berpendapat bahwa di masa milenium kedua ini di Israel, Amerika Serikat, dan di beberapa negara Eropa, Kabbalah telah muncul dengan nama baru: Contemporary Kabbalah (Kabbalah Kontemporer) yang dikategorikan sebagai bagian dari Postmodernism Spirituality. Gerakan Kabbalah kontemporer menantang dan membuat perbedaan antara agama dengan sihir, teologi dengan ilmu pengetahuan, dan ritual keagamaan dengan show bussiness menjadi semakin samar. Dengan begitu, apakah bisa dikatakan bahwa Kabbalah merupakan nenek moyang dari semua bentuk perdukunan, black magic, dan aliran kebatinan di dunia masa kini? Entahlah, hanya Tuhan yang tahu.
📖 Sumber :
• Joseph Dan, Gershom Scholem and the Mystical Dimension of Jewish History, NYU Press, New York, USA, 1987.
• Gershom Scholem, Origins of The Kabbalah, The Jewish Publication Society, Princeton University Press, New Jersey, USA, 1987.
• Michael Laitman, INTRODUCTION TO THE BOOK OF ZOHAR: The Science of Kabbalah (Pticha), Volume One, Laitman Kabbalah Publisher, Toronto, Canada, 2005.
• Michael Laitman, The Zohar, Laitman Kabbalah Publisher, Toronto, Canada, 2007.
• Boaz Huss, The New Age of Kabbalah, Journal of Modern Jewish Studies, Routledge Taylor & Francis Group, London, UK, 2007