LATAR BELAKANG GLOBAL WARMING
Revolusi industri merupakan loncatan besar yang pernah dilakukan oleh manusia sepanjang zaman. Revolusi industri adalah keadaan dimana aktivitas produksi dan transportasi yang bermula menggunakan tenaga manusia, beralih kepada tenaga mesin uap. Jelas hal ini mempengaruhi berbagai aspek manusia secara global. Terutama dalam hal lingkungan. Revolusi indsutri saat ini sudah mencapai pada 4.0, Artinya pada tahap ini berbagai teknologi yang inovatif yang dibuat oleh manusia untuk membantu kegiatan produksi dan transportasi semakin maju. Dampak dari revolusi industri terhadap lingkungan sudah mulai terasa pada adab ke-20.Daerah Inggris yang pada awal mulanya adalah dataran yang dipenuhi oleh hutan dan pepohonan yang besar berubah menjadi rel kerata api uap, tempat industri, dan perkantoran. Hal tersebut mengurangi lahan-lahan yang diperuntukkan untuk ekosistem kehidupan hewan, dan hutan sebagai paru-paru dunia musnah. Fenomena tersebut tidak hanya terjadi pada daerah Inggris saja. Namun sudah bersifat global dan menyebar ke seluruh penjuru dunia.
DAMPAK DARI GLOBAL WARMING
Tahun 2017 dikutip dari kumparan.com, tahun 2017 merupakan tahun kehilangan luas hutan dunia terparah kedua. Data diambil dari University of Maryland yang dirilis di Global Forest Watch, 2017 merupakan tahun kedua terburuk dalam kasus hilangnya luas hutan dunia. Masalah tersebut merupakan masalah besar bagi dunia. Dilaporkan bahwa 15,8 juta hektar hutan atau kurang lebih seluas negara Bangladesh hilang. Hutan yang hilang tersebut tidak hanya disebabkan oleh penggundulan hutan oleh manusia. Namun, faktor kebakaran hutan dan badai menjadi penyebab hilangnya hutan pada tahun 2017.World Research Instute (WRI) mencatat bahwa telah terjadi peningkatan angka kebakaran hutan dan badai akibat dari perubahan iklim dalam beberapa tahun belakangan. Terkait perubahan iklim yang ekstrim, dimana ini sangat berhubungan mengenai pemanasan global atau bahasa inggrisnya (Globar Warming). Pemanasan global sendiri merupakan suatu kondisi dimana suhu rata-rata permukaan bumi mengalami kenaikan. Dilansir dari Wikipedia suhu rata-rata bumi naik 0.74 ± 0.18° C selama seratus tahun terakhir.
Suhu permukaan bumi naik dikarenakan efek rumah kaca, efek rumah kaca merupakan sebuah proses dimana pemanasan suhu permukaan planet yang disebabkan oleh komposisi dan keadaan atmosfernya. Penyebab dari efek rumah kaca sendiri karena konsentrasi gas karbondioksida (CO2) meningkat di atmosfer bumi. Hasilnya adalah panas yang diterima bumi dari matahari yang dipantulkan oleh bumi ke atmosfer akan dikembalikan lagi ke permukaan bumi. Hal tesebutlah yang membuat bumi semakin panas. Tidak hanya gas karbondioksida yang menjadi penyebab rumah kaca, senyawa-senyawa seperti nitrogen monoksida (NO), nitrogen dioksida (NO2), gas metana dan klorofluorokarbon (CFC).
Meingkatnya gas atau senyawa yang menyebabkan pemanasan global tersebut merupakan akibat dari aktivitas manusia baik itu industri, transportasi, dan sebab lainnya. Perubahan penggunaan mesin uap dalam kegiatan industri dan transportasi di dunia menjadi salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya pemanasan global. Intensitas kegiatan industri dan trasnportasi yang meningkat setiap harinya tidak dapat dibendung. Manusia terus mengekspolaitasi alam tanpa memandang akibat dari perbuatannya.
Akibat dari pemanasan global tersebut yakni kebakaran hutan yang sudah saya jelaskan di atas. Sebenarnya bila ditelaah lebih jauh masih banyak dampak dari pemasanasan global ini terhadap lingkungan. Paling santer diberitakan dalah cairnya es yang ada di kutub yang dapat menimbulkan naiknya permukaan air laut. Bukan tidak mungkin, jika pemanasan global dibiarkan terus terjadi. Maka, seluruh permukaan bumi akan tenggelam.
Dikutip dari Mereka.com- sebuah penelitian yang dilakukan oleh sekelompok ilmuwan membuat hasil yang mengejutkan. Hasil penelitian yang dirilis dari Daily Mail pada 16 Desember 2018 mengatakan bahwa permukaan air laut akan terus bertambah tinggi sekitar 60 cm dalam 70 tahun ke depan dan pada tahun 2200 akan naik sekitar 2,5 meter.
Dapat dibayangkan bagaimana kalau bumi memang benar-benar tenggelam oleh lautan ?. Semua orang mungkin menganggap hal ini sebagaii hal yang tidak mungkin terjadi. Namun, perlu diingat bahwa penurunan posisi tanah di bumi akibat dari terus bertambahnya penduduk yang menurut data terbaru Worldometers (2019) mencapai 7,7 milyar jiwa.
Dalam beberapa waktu dekat ada beberapa negara dengan kepulauan kecil diprediksi akan tenggelam akibat dari kenaikan permukaan air laut. Salah satunya yakni Kepulauan Vanuatu. PBB menetapakan Vanuatu sebagai negara yang terancam keeksistensiannya oleh air laut dalam waktu dekat. Seperti dikutip dari cnnindonesia.com (15/6/2019), penelitian terbaru menyatakan bahwa kanaikan permukaan air laut di Vanuatu terjadi satu centimeter setiap tahunnya.
Lingkungan sosial dan politik juga terkena dampak dari pemanasan global. Perubahan cuaca yang ekstrim menyebabkan timbulnya beberapa bencana seperti banjir, kekeringan, dan tanah longsor. Bencana tersebut akan menyebabkan kematian pada manusia, dan tak jarang pula disertai timbulnya penyakit akibat dari bencana banjir. Penyakit tersebut berupa maag, diare, muntah-muntah dan gatal-gatal. Perlu kewaspadaan terhadap perubahan cuaca yang tidak dapat diprediksi seperti ini. Bencana alam akan mengancam manusia kapan saja dan dimana saja, jika pemanasan global terus berlangsung.
PERBEDAAN PENDAPAT TENTANG PEMANASAN GLOBAL
Pada kalangan ilmuwan sendiri, isu tentang pemanasan global masih menjadi perdebatan, dikarenakan tidak semua ilmuwan setuju dengan adanya pemanasan global. Beberapa diantaranya masih mempertanyakan apakah suhu benar-benar meningkat. Ada beberapa juga yang setuju bahwa ada perubahan namun tetap menolak bahwa terlalu dini untuk memprediksi tentang keadaan masa depan. Kritikan ini dapat berfungsi bahwa manusia bukan merupakan faktor utama dalam peningkatan suhu bumi, namun ada pengaruh siklus alami terhadap gejala tersebut. Para ilmuwan tesebut juga memberikan fakta-fakta bahwa pemanasan terjadi dapat menguntungkan di beberapa daerah.Mereka mempertanyakan pemanasan global dalam bentuk tiga pertanyaan, pertanyaan mereka ini terkait antara prediksi model pemanasan global dengan perilaku sebenarnya terhadap iklim. Pertanyaan mereka yang pertama yakni, pemanasan cenderung berhenti selama tiga dekade pada pertengahan abad ke-20; bahkan ada masa pendinginan sebelum naik kembali pada tahun 1970-an. Kedua, total jumlah dari prediksi pemasanasan global selama abad ke-20 hanya separuh dari yang diprediksi oleh model. Ketiga, troposfer, lapisan atmosfer terendah, tidak memanas secepat prediksi model.
Dari ketiga pertanyaan tersebut, hanya dua yang dapat dijawab oleh para kalangan ilmuwan yang setuju tentang pemanasan global. Pertanyaan ketiga masih menimbulkan kebingungan. Karena troposfer tidak naik suhunya sesuai prediksi model. Satelit mendeteksi bahwa lapisan ini mengalami kenaikan suhu yang rendah. Pada bulan Januari 2000, National Academy of Sciences memiliki sebuah panel untuk membahas masalah ini. Mereka mengakui bahwa pemanasan yang terjadi pada bumi tidak diragukan lagi. Namun, penjelasan mengenai lapisan troposfer yang belum menunjukkan kenaikan suhu yang tinggi tidak dapat dijelaskan secara rinci.
CARA MENGATASI PEMANASAN GLOBAL
Walaupun ada perbedaan pendapat di antara para ilmuwan tentang pemanasan global. Menjaga lingkungan itu tetap perlu dan memang harus digalakkan. Karena lingkungan adalah tempat kita hidup, tempat kita tidur, bermain, bercengkrama dengan sanak saudara dan teman. Tanpa lingkungan kita tidak akan bisa hidup. Menyikapi tentang pemanasan global, kita sebagai manusia harus sadar akan kelestarian lingkungan. Hal tersebut dapat dimulai dari hal kecil, seperti membuang sampah pada tempatnya, menggunakan sepeda dalam berpergian, menggunakan transportasi umum, dan masih banyak lagi hal-hal yang kita dapat lakukan untuk mengurangi emisi karbon yang ada di bumi.Salah satu langkah yang paling tepat menurut penulis, adalah penanaman pohon pada hutan yang gundul. Karena lewat pohonlah satu-satunya jalan untuk membersihkan bumi dari gas karbon. Penanaman pohon harus benar-benar digalakkan oleh setiap individu atau kelompok. Langkah kita seperti tidak menebang pohon sembarangan juga dapat menjaga kelestarian pohon yang ada.
Sebenarnya, pendidikan kepada manusia tentang peduli lingkungan untuk menjadi hal yang mendasar. Lewat pendidikan karakter inilah karakter-karakter manusia yang peduli lingkungan akan terbentuk. Karakter manusia pada masa kecil akan terus terbawa sampai manusia itu dewasa. Ketika manusia sudah mampu menjadi individu yang peduli terhadap lingkungan, maka dia enggan membuang sampah sembarangan. Benarlah kata-kata yang pernah didengarkan oleh penulis bahwa “lebih baik mendidik 100 manusia dari pada menamam 1000 pohon”.