Kualitas Guru yang Buruk atau Murid yang Terlampau Bebal? - Ki Hajar Dewantara pernah berkata bahwa Guru memiliki tiga peran, yaitu ing ngarso sung tulodo (di depan memberi teladan), ing madyo mangun karso (di tengah membangun kemauan), tut wuri handayani (di belakang memberi dukungan moral).
Menurut saya sendiri Guru adalah seorang yang perlu di gugu dan ditiru sesuai namanya. Tentu saja ini bukan suatu pekerjaan yang mudah karena seorang guru perlu mendedikasikan waktunya untuk mengajari banyak anak sekaligus dengan berbagai sifat dan kepintaran yang berbeda. Namun mengapa pendidikan Indonesia masih berada di peringkat terendah? Apakah karena murid yang diajar terlampau bebal atau guru yang kurang kompeten?
Tidak ada murid yang bodoh. Hal yang paling sulit untuk dilakukan oleh seorang guru adalah mengetahui gaya belajar setiap muridnya karena sudah pasti siswa akan memiliki perbedaan gaya belajar dengan satu dan yang lainnya. Jadi setiap guru perlu mengetahui dengan jelas strategi mengajar siswa sesuai dengan gaya belajar siswa tersebut.
Meskipun demikian, banyak siswa yang meraih juara di olimpiade. Namun, tetap saja kita tidak bisa menutup mata bahwa banyak juga siswa yang berprestasi rendah.
Banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Salah satunya yaitu pendidikan formal Indonesia terlalu memperlakukan siswa sama rata. Karena setiap siswa itu berbeda dan jika diperlakukan sama pasti ada yang dapat mengikuti dan ada yang tidak.
Ada beberapa hal lain juga yang membuat pengajaran tak optimal terhadap siswa. Seperti misalnya murid yang kurang memperhatikan atau sebenarnya mereka sedang melamun dan mengerjakan hal lain. Siswa juga seringkali kurang minat dengan pelajarannya. Atau bisa jadi tidak suka karena cara mengajar gurunya yang terlalu banyak berbicara hingga siswa merasa bosan. Bisa juga fasilitas sekolah yang kurang memadai.
Penyebab dari rendahnya kualitas guru pun turut andil dalam rendahnya pendidikan di Indonesia. Karena seleksi guru yang tidak berfokus kepada pemilihan tenaga didik profesional, tapi hanya untuk memenuhi tuntutan kebutuhan Aparatur Sipil Negara (ASN). Sekitar 2,9 juta guru di Indonesia, lebih dari setengahnya memiliki status sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Sulit menyaring guru yang memiliki passion/jiwa dalam mengajar. Karena ini berhubungan erat dengan semangat mereka dalam menggali potensi murid dan kecintaannya pada pengetahuan untuk diajarkan kepada murid. Namun, sistem rekrutmen saat ini belum mampu menyaring guru yang memiliki minat yang tinggi untuk mengajar.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 menetapkan profesi guru - khususnya di sekolah negeri - sebagai bagian dari ASN. Regulasi ini mengakibatkan peran ganda dari profesi guru yaitu sebagai tenaga pendidik sekaligus pegawai pemerintah. Peran ini membuat sulit untuk memisahkan antara mereka yang memiliki minat dan motivasi untuk mengajar dengan yang hanya ingin menjadi pegawai pemerintah.
Pemerintah dan menteri pendidikan perlu kembali meninjau kurikulum yang ada supaya dapat dirubah, serta melakukan perubahan terhadap seleksi guru yang efektif supaya masa depan pendidikan Indonesia dapat maju.
Menurut kalian, bagaimana sebaiknya sistem pendidikan Indonesia ini? Apakah kita perlu merubah guru supaya tidak memiliki profesi ganda sebagai pegawai pemerintah dan pengajar namun hanya sebagai guru profesional?
Referensi:
[1]Amiranti, Cahyu Cantika. 2016. "Tak Ada Siswa yang Bodoh, Cek Lagi Cara Ajarnya!".
Diakses melalui
https://edukasi,kompas,com/read/2016/09/14/18310091/tak.ada.siswa.yang.bodoh.cek.lagi.cara.ajarnya.?page=all#page2. Pada Juli 2021
[2]Revina, Shintia. 2020. "Mengapa Kualitas Guru di Indonesia Masih Rendah?".
Diakses melalui
https://magdalene,co/story/mengapa-kualitas-guru-di-indonesia-masih-rendah. Pada Juli 2021