Psikopat: Apakah Benar Seorang Psikopat Bisa Mencintai Seseorang? - Beberapa waktu lalu, saya menemukan beberapa cerita yang sekiranya cukup mengena dan terkenal dari salah satu penulis terkenal di salah satu platform online. Ketika masuk pada cerita inti, penulisnya menjelaskan bahwa tokoh utama menderita sakit mental yang disebut psikopat dengan tokoh lawan yang menyukai karakter utama secara eksplisit. Jadi, apa yang disebut dengan psikopat?
Psikopat adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan perilaku seseorang yang merujuk pada gangguan kepribadian anti-sosial dengan ditandai kurangnya empati atau perasaan dan melanggar peraturan serta norma yang ada di masyarakat.
Gangguan ini termasuk gangguan tipe B yang bisa menganggu dirinya dan orang di sekitarnya, sehingga cenderung melakukan tindakan yang beresiko atau menjurus pada tindakan kriminal.
Seseorang yang mengalami psikopat, biasanya disebabkan oleh faktor genetik, lingkungan, serta pembentukan kepribadian yang tidak sempurna dari diri masing-masing. Namun, masalah lain juga turut campur, seperti trauma masa lalu yang tidak menutup kemungkinan seseorang masuk dalam fase ini.
Tentunya, dalam hal ini sudah dapat ditebak psikopat mempunyai tanda-tanda, seperti kesulitan menunjukan rasa sayang, mengabaikan orang lain, dan tidak mampu berada dalam relasi secara panjang hingga berujung pada intimidasi kepada orang lain.
Jadi, dari pernyataan tersebut sudah jelas bahwa psikopat tidak mungkin mencintai seseorang karena mereka sudah jelas tidak punya rasa empati dan peduli terhadap orang lain. Jadi, jika seandainya mereka berhubungan dengan orang lain terutama pasangan lawan jenis itu sudah jelas merupakan sebuah intimidasi yang berujung pada manipulasi, penipuan, hingga mungkin dibuang jika sudah tidak dibutuhkan.
Memang saat ini belum ada pengobatan yang mampu benar-benar menyembuhkan seorang psikopat dengan sempurna. Namun, ada beberapa cara untuk meminimalisir atau mengurangi dampak yang ditimbulkan dari seorang psikopat, yaitu psikoterapi dengan terapi secara kognitif, mental, dan psikodinamika.