Dampak Pengaruh Film The Raid Terhadap Perfilman Dunia - Selain masuk dalam daftar 10 Film Terbaik 2014 versi IMDB, belakangan ini The Raid menggapai posisi pertama dalam "10 Action Movies of All Time" oleh CineFix; salah satu YouTube channel dari luar yang berkualitas. Sangat detil dan terperinci dalam menguak pembahasan film. Untuk membuat top list saja, mereka harus membandingkan seluruh film dengan genre sejenis. Luar biasa.
Sebenarnya masih banyak lagi situs yang berkredibelitas tinggi menyertakan The Raid dalam top list mereka. Tapi bukan hal ini yang menjadi pokok pembahasan saya, melainkan yang tertera dalam judul ini ...
πΌππΌ πππππΌππππππΌ ππππ πππ ππΌππΏ π½πΌππ πΏππππΌ ππππππΌ?
Menilik kembali tahun 2011 dan 2014, munculnya dwilogi The Raid tidak hanya mendobrak perkembangan perfilman Indonesia saja, tetapi berani mencengcengi teknik atau style fightnya Hollywood yang "quick-cut" disertai shakycam seperti di film Taken ataupun Bourne yang mereka elu-elu kan dengan bangganya sebelumnya. FYI, quick-cut itu seperti teknik menggabungkan potongan-potongan scene yang di edit dengan transisi nan cepat. Dalam arti tidak memperdulikan keesensian koreografi ataupun martial art secara keutuhan, melainkan mengedepankan manipulasi kamera. Kalian bisa menemukan style ini di berbagai film action barat, terutama yang paling terkenal itu yang sudah saya sebutkan tadi; Taken dan Bourne.
Bersifat subjektif? mungkin, banyak orang yang menyukai style tersebut karna menjaga emosi dengan intensitas tinggi saat menontonnya. Tapi tidak berlaku buat saya, saya masih benar-benar 'gedeg' betapa sombongnya Hollywood mendewakan teknik ini sebelum muncul The Raid. Coba lihat setelah munculnya The Raid, jarang ada film action modern yang mau menggunakan quick-cut, bahkan tidak ada sama sekali, CMIIW. Salah satu contoh kenaikan kelas action di Hollywood yang dijadikan rujukan saat ini yaitu: "John Wick".
Setelah munculnya The Raid, pun, satu per satu mulai berani speak-up untuk menertawakan konyolnya style ini di era modern. Salah satunya situs yang terkenal; Insider. Mereka membuat konten video dengan analisis yang luar biasa bagus nan mendalam, dengan judul yang lantang: "How One Movie Trilogy Ruined Action Films Forever" merujuk gambar The Bourne di thumbnail YouTube nya. Bahkan 'Entertaiment Weekly' saja lebih garang lagi menyebutkan bahwasannya "The Raid sebagai pembawa momok akan kematian era film action Hollywood". Kita tahu sendiri alasan mereka menyebutnya seperti itu, karna action Hollywood selalu didominasi dengan ledakan-ledakan CGI yang melelahkan mata dan tumpul di kematangan koreografi.
πΌππΌππΌπ ππππ πΌπΎππππ πππΏπππ ππΌπΌπ πππ ππΌπΏπΌ ππΌππΌπ ππππππππ ππΌππΌ πππ ππΌππΏ?
Ya, benar! banyak film action modern yang saat ini pada latah mengikuti gaya The Raid, bahkan para sutradara juga nggak malu untuk mengakui. Sebelum saya beberkan satu per satu filmnya, saya akan menjelaskan salah satu film fenomenal yang mengagumi karya The Raid, sebut saja sutradara dari film; Captain America: Winter Soldier. Ya, Russo bersaudara. Sosok penting dibalik kesuksesan "Marvel Cinematic Universe", sosok yang bertanggung jawab dalam 2 film Avengers, Infinty War dan Endgame. Mereka lah yang pertama kali terang-terangan dengan bangga mengadaptasi koreografi The Raid. Dalam suatu wawancara, Joe Russo menyebut kata 'The Raid' berulang kali. Kalimatnya yang paling membekas yaitu .. "The Raid was a big influence".
Setelah kejadian itu, banyak film action yang resmi ter-influenced mengikuti gaya The Raid, beberapa contohnya: Extraction, Batman v Superman, dan .. Ya, John Wick! nah, disekuel ketiga John Wick ini, para pemain alumni The Raid diajak join selain jadi pengarah koreo juga dapat memainkan peranan yang "spesial" malah, yaitu peran penjahat yang "nggak dimatiin".
Nah lho, hal yang mustahil lho penjahat di franchise John Wick bisa sehat wal 'afiat, apalagi yang sekadar antek-antek doang. Semua itu berkat Chad Stahelski, sutradara trilogi John Wick, yang menaruh respect besar terhadap para pemain The Raid. Bahkan mereka diberi line dalam bahasa Indonesia lho termasuk Keanu Reeves juga yang mengelontarkan kalimat .. "Sampai Jumpa".
πΌππΌ πππππΌππππππΌ πΏπΌππΌπ πππππππ ππππΌπ?
Jika pengaruhnya bagi industri perfilman dunia saja sudah berimbas 'gede'—termasuk seni bela diri tanah air; "pencak silat"—apalagi untuk ukuran negara asalnya; Indonesia? Coba hitung, berapa banyak aktor lokal yang jadi langganan Hollywood kalau bukan dari alumni The Raid? Dari yang sekadar peran sampingan: Star Wars The Force Awakens, Man of Tai Chi, Beyond Skyline. Hingga ke peran yang cukup vital: Wu Assassins, Mile 22, Fast & Furious 6, Stuber, Triple Threat, Yakuza Apocalypse. Bahkan yang baru-baru ini, Iko Uwais mendapatkan peranan yang lumayan besar di Snake Eyes spin-off G.I. Joe (2020) dan juga Joe Taslim yang perannya lebih vital, Sub-Zero di Mortal Kombat Reboot (2021). Wow!
Tapi di era sekarang, kayaknya terasa biasa aja deh jika melihat artis lokal yang melalang buana di Hollywood. Tidak seperti satu dekade terakhir, dimana euforia masyarakat jika melihat artis lokal go-international itu begitu tinggi hype nya sampai-sampai dimomokin overproud. Ya, itu tadi, efek domino The Raid, yang menyuntik hal positif dalam perkembangan industri sinema lokal saat ini, yang sudah tak dipandang sebelah mata lagi.
Meski sayang seribu sayang, The Raid 3 tidak akan pernah berencana untuk diproduksi lagi. Begitulah kata Gareth Evans yang menurutnya kisah The Raid sudah berhenti di Berandal. Tidak ada kisah menarik yang mesti dilanjutkan. Meski begitu, itu hanyalah salah satu alasan diantara banyaknya alasan yang mendasari mengapa The Raid 3 tidak diproduksi, termasuk bangkrutnya rumah produksi yang menaungi The Raid. Akan tetapi jika saja ada rumah produksi entah itu dari luar, yang lebih mampu dan menyumbang ide untuk cerita The Raid, tidak menutup kemungkinan The Raid menemukan titik terang untuk membuka pintu sekuelnya.
Oiya, jika kalian rindu terhadap The Raid, kalian bisa tonton series terbaru ini; "Gangs of London", arahan Gareth Evans dibeberapa episodenya. Yap, sutradara The Raid, kalian nggak salah dengar. Gaya berkelahi, koreo, sinematografi, sekuen fight, hingga adegan berdarahnya benar-benar terasa The Raid. Ciri khas nya begitu kental membuat series ini sangat worth it ditonton.
Oke, belum selesai, balik lagi ke topik utama ...
πΌππΌ π½πππΌπ πππππ/ππππππ πππ ππΌππΏ ππππΎππππΎππππ ππππ πΌπΎππππ πππππππππΏ?
Bisa dikatakan begitu, tapi tak sepenuhnya. Ada sih beberapa film-film action martial arts dengan kualitas koreo dan teknik yang mumpuni alias nggak sekadar konyolnya quick-cut. The Matrix, Kill Bill, Hanna, Atomic Blonde, dan.. Oh, tentu dari Asia, OldBoy! Film-film tersebut terkadang berani longshot yang beresiko slowpace tetapi jika diimbangi Koreo matang hasilnya pasti jadi lebih intens dan realistis layaknya The Raid. Tetap 'big respect' terhadap pioneer film-film action di Asia: Bruce Lee, Jackie Chan, Chow Yun-fat, Jet Li, dan sejenisnya.
Akan tetapi untuk koreo yang benar-benar matang dengan pergerakan luwes nan cepat dipadu pengambilan gambar yang tepat dan juga "anti quick-cut club"? Terus terang, nggak ada film action yang mampu sekompleks The Raid dengan menyandang gelar "Directing Perfect Action".
Jadi, pantas nggak sih The Raid menjadi kiblat film action dalam dunia perfilman? Mari tukar pikiran ...