Salahkah Jika Tidak Memiliki Tujuan Hidup? - Saya adalah salah satunya, orang yang tidak memiliki tujuan hidup.
Saya berusia 17 tahun hari ini, dan akan menjadi 18 tahun dalam beberapa jam ke depan. Tetapi saya tahu, usia tidak akan berarti banyak, berapapun usia saya, saya akan tetap tidak memilikinya.
Saya tidak memiliki impian; saya tidak ingin menjadi kaya, tidak ingin menikah dan membangun keluarga yang sempurna, tidak ingin pergi kemanapun juga, tidak memiliki pekerjaan impian yang spesifik jenisnya.
Saya sering berpikir;
MENGAPA SAYA HARUS REPOT-REPOT MELAKUKAN HAL-HAL JIKA PADA AKHIRNYA SAYA AKAN MATI DAN MELUPAKAN SEMUANYA?
Dan saat itulah saya menemukan ini:
Di suatu tempat, ada orang-orang yang rela berpanas-panasan hanya untuk mengemis makanan dari orang-orang. Ada para pengungsi yang berjuang sekuat tenaga untuk bertahan di tanah orang. Ada orang-orang yang rela membunuh agar ia tidak dibunuh terlebih dahulu. Semua itu dilakukan hanya agar mereka bisa hidup sedikit lebih lama, Jika hidup ini tidak berarti, mengapa orang-orang melakukannya?
Ada sekitar 10.000 generasi sebelum kita. Para nenek moyang berjuang melawan perang, kelaparan, wabah, dan ketidakjelasan; sampai mereka melahirkan kita, membuat kita bisa berdiri hari ini.
Kita memiliki gawai paling cerdas (yang ditemukan sejauh ini) yang tersimpan di balik tengkorak kita, yang kita sebut sebagai otak. Ia jelas tidak tercipta hanya untuk dianggurkan, ia tercipta untuk kita gunakan; belajar!
Hidup tidak harus ada. Bigbang tidak harus terjadi. Alam semesta bisa saja tetap diliputi ketiadaan. Hal-hal indah seperti warna tidak harus ada, kupu-kupu tidak harus ada, bintang tidak harus ada. Tetapi, mereka ada, dan kita cukup beruntung untuk bisa melihatnya.
Apakah dengan mengatahui hal ini membuat saya dan kamu bisa memiliki tujuan hidup?
Jawaban jujur; TIDAK.
Pertama, orang-orang berjuang keras demi hidup lebih lama hanya karena mereka takut dengan kematian, tidak siap atas apa yang akan terjadi setelah kematian itu datang.
Tak peduli seberapa keras kamu belajar dan menggunakan otakmu, seberapa sempurna momen-momen yang kamu simpan; kamu tetap akan mati, otakmu akan membusuk, dan kamu akan melupakan semuanya.
Secara jahat, saya katakan; kita akan mati, tujuan hidup dan hidup itu sendiri tetap tidak berarti.
Tetapi, sebelum mati; saat hidup, kamu diberi pilihan, untuk menjadi sampah atau justru berguna bagi manusia-manusia generasi selanjutnya, untuk menjadi bahagia atau terus bermuram durja. Semesta tidak peduli pada pilihanmu, tetapi kamu punya otoritas untuk memilih.
Dan jika kamu bisa memilih menjadi berguna, kenapa tidak?
Kamu setidaknya akan mati dengan damai, namamu akan terkenang, dan kamu akan menghadirkan banyak kebahagiaan.
Dan ini berlanjut, jika kamu bisa memilih kebahagiaan, kenapa tidak?
Bagaimana caranya? Saya tidak tahu, menjadi berguna bukan satu-satunya. Dan saya bukan kamu, cara kamu berbahagia tidak sama dengan saya; yang tahu hanya dirimu.
Tetapi, untuk apa, bukankah hidup tidak berarti? Sedih atau bahagia bukankah sama saja?
Jelas, untuk mendapat kilas balik yang sempurna saat sekarat.
Atau tidak. Tetapi kesedihan itu menyakitkan. Dan kamu bukan masokis yang suka dengan sensasi itu. (Tbh, saya masih tidak tahu mengapa kita menyukai kebahagiaan, neurosains bukan bidang saya.)
Wqwqwqwq.
Pada akhirnya, apakah salah jika tidak memiliki tujuan hidup?
Tidak. Sebab hidup itu sendiri sudah tidak berarti dan tujuan satu-satunya adalah mati, mengapa kita harus menciptakan tujuan lain?
Wakakakakaka.
Itu pandangan saya.
BAGAIMANA PANDANGAN KAMU?