18 Adab Dalam Menyambut Idul Adha yang Harus Kamu Ketahui! - Hari raya Idul Adha merupakan salah satu hari raya terbesar setalah hari raya idul fitri yang dinantikan umat islam. Dalam menyambut hari raya Idul Adha, ada adab-adab yang bisa dilakukan oleh umat islam.
Imam Al Ghazali dalam risalahnya berjudul al-Adab fid Din dalam Majmu'ah Rasail al-Imam al-Ghazali (Kairo, Al-Maktabah At-Taufiqiyyah, t.th., halaman 437) menjelaskan beberapa adab yang bisa dilakukan untuk menyambut hari raya.
➡1. Mandi sebelum berangkat.
➡2. Memperbanyak takbir.
Beberapa Ketentuan dalam Bertakbir :
Takbir hari raya Idul Adha ada dua bentuk, yaitu muthlaq dan muqoyyad, adapun takbir Idul Fitri hanya muthlaq saja.
๐ Muthlaq artinya umum tanpa terkait waktu, hendaklah memperbanyak takbir kapan dan di mana saja, kecuali di tempat-tempat yang terlarang melafazkan dzikir, yaitu di WC dan yang semisalnya. Takbir muthlaq Idul Adha dimulai sejak awal Dzulhijjah sampai akhir hari Tasyriq, adapun Idul Fitri dimulai sejak terbenam matahari di akhir Ramadhan sampai selesai khutbah Idul Fitri.
๐ Muqoyyad artinya terkait dengan sholat lima waktu, yaitu bertakbir setiap selesai sholat lima waktu, dimulai sejak ba’da Shubuh hari Arafah sampai ba’da Ashar di akhir hari Tasyriq. Adapun takbir Idul Fitri tidak disyari’atkan takbir muqoyyad setiap selesai sholat lima waktu.
๐ Disunnahkan mengeraskan takbir bagi laki-laki dan dipelankan bagi wanita, dan disunnahkan bertakbir di perjalanan ketika menuj sholat ‘Ied.
➡3. Disunnahkan mandi Sebelum Berangkat Shalat.
➡4. Memakai pakaian terbaik dan minyak wangi. Untuk wanita dilarang memakai wewangian dan hanya boleh dipakai untuk suaminya.
➡5. Menyantap Makanan Sebelum Berangkat shalat Idul Fitri. Adapun pada hari raya Idul Adha disunnahkan adalah tidak makan sebelum kembali dari shalat Ied .
Sunnah tidak makan sebelum shalat Idul Adha hanya berlaku untuk orang yang berkurban, adapun jika seseorang tidak memiliki kurban (tidak berkurban), maka tidak masalah jika ia makan terlebih dahulu sebelum shalat ‘ied.( Lihat Al Mughni, 2: 228)
➡6. Pergi menuju lapangan tempat pelaksanaan shalat Ied. Lebih utama melaksanakan sholat Ied di tanah lapang ketimbang di masjid. Karena Rasulullah tidak pernah melaksnakan sholat Ied di dalam masjid kecuali saat hujan. Dibolehkan untuk melakukannya di masjid bila tidak menemukan tanah lapang.
➡7. Bagi kaum wanita untuk keluar menuju sholat dan khutbah Ied dengan tanpa tabarruj (menampakan kecantikan) dan tampa mengenakan wewangian.
➡ 8. Dianjurkan juga bagi anak-anak untuk ikut keluar menuju tempat sholat dan khutbah ‘Ied.
➡9. Melaksanakan Sholat Ied
➡10. Mendengarkan khutbah
➡11. Mengambil Jalan Lain Ketika Berangkat dan pulang. Diantara hikmahnya adalah untuk menampakkan syiar Islam di hari raya.
➡12. Dianjurkan berjalan kaki sampai ke tempat shalat dan tidak memakai kendaraan kecuali jika ada hajat.
➡13. Tidak disunnahkan sholat sunnah apa pun sebelum dan sesudah sholat ‘Ied, kecuali apabila sholat ‘Ied dilaksanakan di masjid maka disunnahkan sholat tahiyyatul masjid apabila sholat ‘Ied belum dimulai.
➡14. Bagi yang tertinggal shalat ‘Id bersama jama’ah, maka hendaknya dia mengqadha’ (mengganti)nya, dengan tata cara yang sama sebanyak dua rakaat.
➡15. Mengucapkan selamat hari raya :
“taqabbalallahu minna wa minka” / "taqabbalallahu minna wa minkum".
➡16. Menjawab ucapan selamat idul fitri, dengan ucapan yang sama :
“taqabbalallahu minna wa minka” / "taqabbalallahu minna wa minkum".
➡17. Bersenang-senang dan bergembira dengan mengadakan pesta atau permainan yang halal/mubah di hari raya dan diizinkan bagi anak kecil perempuan yang belum baligh untuk menyanyi dengan menggunakan satu-satunya alat musik yang dibolehkan dalam syari’at, yaitu rebana.
➡18. Hindari ikhtilat (bercampur baur) atau berjabat tangan dengan wanita yang bukan mahram. Karena hal tersebut termasuk hal yang diharamkan secara syar'i berdasarkan sabdanya:
َูุฃَْู ُูุทْุนَُู ِْูู ุฑَุฃْุณِ ุฃَุญَุฏُِูู ْ ุจِู ِุฎَْูุทٍ ู ِْู ุญَุฏِْูุฏٍ ุฎَْูุฑٌ َُูู ู ِْู ุฃَْู َูู َุณَّ ุงู ْุฑَุฃَุฉً ูุงَ ุชَุญُِّู َُูู
“Andaikata kepala salah seorang dari kalian ditusuk dengan jarum besi, itu lebih baik baginya daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya”.
( HR. Ar-Ruyany dalam Musnadnya no.1282, Ath-Thobrany 20/no. 486-487 dan Al-Baihaqy dalam Syu’abul Iman no. 4544 dan dishohihkan oleh syeikh Al-Albany dalam Ash-Shohihah no. 226 )
Demikian semoga bermanfaat.
๐ Oleh : Abu Syamil Humaidy ุญูุธู ุงููู ุชุนุงูู